PALANGKA RAYA-Masyarakat Desa Bangkal tengah berkabung. Warga desa setempat, Gijik (35), meninggal saat melakukan demonstrasi Sabtu (7/10). Jenazahnya sudah disemayamkan di tempat peristirahatan terakhir, Selasa (10/10) sekitar pukul 11.00 WIB. Meninggalnya Gijik menggugah kesadaran di benak warga. Kejadian serupa jangan sampai terulang. Mereka berharap agar izin PT HMBP I segera dicabut, agar tidak terjadi konflik berkepanjangan. Pasalnya, perusahaan perkebunan kelapa sawit itu disinyalir menjadi sumber konflik.
Meninggalnya Gijik disebut-sebut karena bersarangnya peluru tajam pada bagian dada. Fakta itu didapatkan melalui hasil autopsi terhadap jasad korban, Minggu (8/10) lalu, yang diikuti oleh perwakilan kerabat dan anggota TBBR setempat. Seperti yang diungkapkan salah satu warga Desa Bangkal, James Watt.
“Sudah pasti peluru tajam. Positif. Lalu warga yang kini dirujuk di rumah sakit di Banjarmasin, Taufik Nurahman, saya dengar dari pihak keluarganya karena peluru tajam juga, dokter pun menyampaikan peluru tajam,” beber James kepada Kalteng Pos, Selasa (10/10).
James menceritakan, di rumah sakit tempat Taufik Nurahman dirawat, berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari TBBR wilayah setempat yang menanyakan masalah itu, ada penyidik dari Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Selatan (Kalsel) yang ingin meminta barang bukti.
“Bilang kawan-kawan TBBR jangan dikasih, barang bukti itu pihak korban yang pegang dulu. Disarankan kawan-kawan tadi, kalau seandainya pihak kepolisian Polda Kalsel mau ambil barang bukti, harus meminta pernyataan dengan keterangan dari dokter, memang peluru tajam bilang mereka tadi,” sebutnya.
Kondisi Taufik Nurahman sendiri saat ini sudah dalam tahap pemulihan. James menyebut Taufik sudah mulai bisa berbicara. Taufik sendiri tertembak di bagian pinggang saat ikut berdemonstrasi. James juga membenarkan bahwa saat akan dilakukan autopsi terhadap jasad Gijik, sempat diintervensi oleh aparat.
“Tetapi karena kekompakan masyarakat dan TBBR, sehingga mereka (aparat, red) tidak bisa masuk ke ruangan autopsi,” kata James. Dikatakannya, menurut pengakuan salah satu kerabat korban yang ikut melihat proses autopsi, benar bahwa Gijik mati karena tertembak peluru. Sayangnya, saat dihubungi Kalteng Pos, keluarga korban yang dimaksud tidak merespons.
Terkait dengan kondisi di Desa Bangkal saat ini, James mengatakan situasi saat ini sudah mereda dan kondusif. Almarhum dimakamkan kemarin, sekitar pukul 11.00 WIB, dan dikawal oleh anggota TBBR wilayah setempat. James menyebut pihaknya trauma dengan keberadaan aparat, karena berpotensi mengulangi terjadinya kericuhan. Saat Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran turun melihat kondisi masyarakat Desa Bangkal, James menyebut anggota TBBR juga mencegah agar polisi tidak ikut masuk ke Desa Bangkal bersama rombongan gubernur.
“Alasan polisi tidak diizinkan masuk, takutnya kumat lagi, diintervensi aparat, usai kejadian kemarin kan masyarakat sudah trauma. Makanya saat kunjungan gubernur kemarin, satu polisi pun tidak diizinkan masuk,” imbuhnya.
Pada saat pertemuan antara masyarakat Desa Bangkal dengan Gubernur Sugianto Sabran, ada beberapa hal yang diutarakan warga. Tuntutan yang paling utama adalah meminta agar izin PT HMBP I di wilayah Desa Bangkal dicabut, karena masyarakat khawatir akan ada potensi konflik serupa yang bisa saja terjadi lagi.
“Kenapa izin PT HMBP I wilayah Bangkal harus dicabut, karena masyarakat takut di kemudian hari konflik itu terjadi lagi, pada masa anak dan cucu mereka nanti,” ucapnya.
Kurang lebih ada 20 orang warga Desa Bangkal yang ditangkap aparat setelah kejadian itu. Namun kemudian dibebaskan setelah ada jaminan dari Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng H Agustiar Sabran.
“Informasi terkait hal itu belum ter-copy, apakah mereka tetap diproses secara hukum atau dibebaskan bersyarat,” ucapnya.
James juga tidak menampik bahwa gelombang demonstrasi berikutnya bisa saja terjadi, jika aspirasi-aspirasi yang sudah disuarakan tidak diindahkan. Mengenai demonstrasi selanjutnya, James menyebut pihaknya masih menunggu kebijakan pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat.
“Apabila tuntutan yang sudah disampaikan masyarakat tidak ditanggapi, kemungkinan besar akan terjadi gelombang demonstrasi yang lebih besar lagi,” tuturnya.
Sejatinya, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran dan Pj Bupati Seruyan Djainuddin Noor sudah mendengarkan tuntutan masyarakat Desa Bangkal saat kunjungan, Senin (9/10) lalu. Gubernur sudah menyurati Presiden RI Joko Widodo untuk mengambil kebijakan tegas terkait keberadaan PT HMBP.
“Kalau pemerintah pusat dan daerah tidak menyikapi dengan serius apa yang disampaikan masyarakat, maka kemungkinan akan bergejolak lagi. Semoga saja pemerintah provinsi, kabupaten, dan pusat segera bersikap tegas,” ucapnya.
James menambahkan, sudah menjadi hak masyarakat Desa Bangkal untuk meminta lahan seluas 1.175 hektare di luar Hak Guna Usaha (HGU) milik PT HMBP. Terkait realisasi plasma 20 persen, memang sudah ada mekanismenya. Ia menyebut, sudah seharusnya pemerintah daerah menekan pihak perusahaan agar merealisasikan kewajiban terhadap masyarakat.
“Masyarakat Desa Bangkal mendesak Pj Bupati dan Gubernur Kalteng untuk segera mungkin mencabut perizinan PT HMBP I di wilayah Desa Bangkal, supaya tidak ada korban lagi. Tragedi berdarah kemarin diharapkan tidak berbuntut panjang untuk anak, cucu, hingga buyut kami ke depan,” tandasnya.
Gubernur Berharap Anak-Anak Bangkal Jadi Generasi Tangguh Anak merupakan calon generasi muda dan investasi vital bagi masa depan bangsa. Karena merekalah yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa serta meneruskan dan memajukan Indonesia, khususnya Kalimantan Tengah ke arah yang lebih baik.
Gubernur Kalimantan Tengah H Sugianto Sabran punya mimpi besar dan harapan yang tinggi terhadap anak-anak di Bangkal maupun Kalimantan Tengah umumnya. Saat berkunjung ke lokasi konflik di Bangkal, Kabupaten Seruyan, gubernur mengutarakan harapan agar dari desa itu lahir pemimpin-pemimpin muda yang berkompeten.
“Semoga kelak dari desa ini akan lahir pemimpin-pemimpin baru Kalimantan Tengah, baik yang menjadi gubernur, bupati, bahkan aparat TNI dan Polri,” kata Gubernur di sela-sela kunjungannya di Bangkal, Senin (9/10).
Angan-angan dan harapan Gubernur itu didukung penuh Danrem 102/Pjg Brigjen Bayu Permana yang turut mendampingi gubernur berdialog dan bertemu masyarakat.
“Peningkatan SDM adalah hal penting, tentunya harus disiapkan sejak dini,” lanjut gubernur.
Anak-anak adalah generasi muda yang akan berjuang meneruskan cita-cita perjuangan bangsa. Anak adalah benih yang dimiliki bangsa. Dan harapan yang dimiliki bangsa itu sendiri adalah meraih kemajuan.
“Pemimpin haruslah seorang yang memiliki keberanian dan daya juang untuk memperjuangkan nasibnya dan masyarakat sekitar,” pungkasnya. (ko)