KUALA KURUN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Mas (Gumas) melakukan pertemuan dengan internasional partnership workshop on indigenous people’s right yang tergabung dalam lembaga gereja internasional United Evangelical Mission (UEM). Kedatangan rombongan UEM itu untuk mempelajari tentang hak-hak masyarakat adat di Gunung Mas.
“Mereka ke sini untuk mempelajari lebih dalam terkait masyarakat adat, budaya dan hukum adat. Apalagi mereka mendengar bahwa Kabupaten Gumas memiliki hutan adat terluas se-Indonesia,” kata Bupati Gumas Jaya Samaya Monong, beberapa waktu lalu.
Menurut bupati, rombongan UEM yang berasal dari berbagai negara seperti Jerman, Kongo, Indonesia dan Tanzania berada di Kabupaten Gumas selama beberapa hari ke depan. Mereka akan mengunjungi Betang Damang Batu di Desa Tumbang Anoi dan Betang Toyoi di Desa Malahoi, untuk mempelajari masyarakat adat di sana.
“Mereka akan bermalam dan menemui masyarakat di sana untuk berinteraksi dan mengenal lebih jauh kehidupan masyarakat adat di Kabupaten Gumas,” ujarnya.
Jaya menyambut baik dan berharap kedatangan rombongan lembaga gereja internasional UEM dapat mendukung serta menjadi pemantik dari perkembangan pariwisata, sesuai dengan salah satu program unggulan yakni smart tourism.
Sementara itu, Kepala Kantor UEM wilayah Asia Pdt Petrus Sugito menuturkan, Gunung Mas menjadi salah satu kabupaten di Indonesia yang berhasil dalam memperjuangkan hak-hak adat masyarakat, dan mendapatkan pengakuan hutan adat.
“Kami ingin belajar dan meniru kisah sukses itu, sehingga setelah nanti dapat diimplementasikan di daerah lain,” tuturnya.
Selama berada di Kabupaten Gumas, lanjut dia, ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan, seperti berdiskusi dengan damang dan mantir tentang detail hukum adat, serta mengunjungi dua rumah betang untuk belajar dari masyarakat sekitar terkait budaya adat.
“Setelah kesana, selanjutnya kami akan melakukan diskusi terkait dari hasil kunjungan tersebut untuk menarik kesimpulan, yang nanti diimplementasikan di daerah lain,” ungkapnya. (ko)