PALANGKA RAYA-Kemacetan yang berkepanjangan di kawasan Kameloh Baru dan Desa Tanjung Taruna berdampak pada distribusi pangan. Penjual ayam ras atau ayam potong mengalami kerugian besar. Kemacetan lalu lintas berjam-jam menyebabkan ayam yang dibawa banyak yang mati karena kepanasan.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Kalteng Andi Bustan mengatakan, kemacetan di wilayah Kameloh Baru dan Tumbang Nusa menyebabkan distribusi ayam rasa atau ayam potong dari Pulpis, Kapuas, dan Banjarmasin menuju Palangka Raya dan Sampit menjadi terganggu.
Karena lamanya antrean kendaraan di lokasi proyek, membuat para peternak atau pedagang ayam merugi, karena tak sedikit ayam yang mati akibat kepanasan dan stres dalam perjalanan.
“Teman-teman ada yang menginformasikan dalam satu mobil itu paling tidak ada 10 hingga 15 persen ayam yang mati,” kata Andi, Senin (16/10).
“Kalau harus menunggu sampai dua tiga jam, apalagi dalam kondisi panas seperti ini, apa jadinya,” ujarnya.
Andi mengandaikan, jika satu mobil pengangkut membawa sekitar 1000 ekor ayam, maka dipastikan paling sedikit 150 ekor ayam mati dalam perjalanan. Andi menghitung seandainya harga ayam sesuai harga jual di kandang yang berkisar Rp21 – 23 ribu per ekor, maka kerugian akibat kematian 150 ekor ayam tersebut mencapai Rp3 juta lebih.
“Kalau mati sampai 150 ekor, itu mah sudah tidak untung lagi,” tuturnya. Selain kerugian yang disebabkan ayam yang hendak dijual mati, kerugian lainnya akibat kemacetan lalu lintas adalah makin meningkatnya biaya angkut ternak ayam dari kandang ke pasar.
“Kan biaya angkut transportasi bisa meningkat, biaya BBM pasti bertambah, karena harus menunggu lama selama mengantre, belum lagi ongkos makan dan keperluan lain para sopir selama menunggu antrean,” ucap Andi.
Andi juga mengatakan, dari sisi ekonomi, kemacetan jalan di wilayah Tumbang Nusa dan Kameloh Baru yang mengakibatkan distribusi barang ke wilayah Palangka Raya terhambat, tidak saja merugikan para peternak ayam, tetapi juga pelaku ekonomi lain.
“Kami harapkan proses penyelesaian pekerjaan tidak sampai menghambat aktivitas perekonomian seperti sekarang ini,” ucapnya.
Menurut Andi, dengan kondisi terhambatnya distribusi barang saat ini, peternak dan penjual ayam dari luar Kota Palangka Raya berpikir dua kali sebelum memutuskan mengirimkan atau menjual ayam ke Palangka Raya. “Stok ayam di pasaran pasti jadi berkurang karena peternak dan pedagang lebih memilih menjual ayam ke tempat lain,” katanya.
Sementara itu, Sekda Kalteng Nuryakin menyebut, dalam proses pembangunan, pasti ada hal yang bisa mengganggu. “Namun kami sudah berkoordinasi dengan pihak balai perihal bagaimana sistem kerja yang sudah diatur,” katanya. Dengan demikian, permasalahan yang ada dapat ditindaklanjuti, agar tidak merugikan pihak mana pun.
“Pekerjaan tersebut juga harus selesai bulan November,” tambahnya. Dalam proses, lanjutnya, tidak memperhitungkan sisi cuaca. Sehingga ketika hujan turun, maka dampaknya tidak terindahkan. Hujan turun mengakibatkan jalanan yang rusak makin parah.
Kendati demikian, ini tidak memengaruhi bahan sembako yang ada. “Karena pasokannya masih tersedia hingga saat ini,” tuturnya. (ko)