KALTENGONLINE.COM– Setelah menggelar di SMPN 1 dan SMAN 1 Parenggean, Yayasan Tambuhak Sinta (YTS) dan GDC Consulting kembali melakukan kampanye penyadartahuan masyarakat tentang bahaya pencemaran merkuri, terutama dari pertambangan emas skala kecil (PESK) pada tanggal 10 November di Aula Kantor Kecamatan Parenggean.
Ada sebanyak 19 peserta yang hadir pada acara tersebut. Mereka adalah perwakilan dari Desa Bukit Harapan, Karya Bersama, Sehe, Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Pudu Jaya dan penambang PESK yang beroperasi di sekitar Parenggean.
Untuk mengukur pemahaman dan kepedulian terhadap isu ini, peserta melakukan tes sebelum dan sesudah materi disampaikan oleh dr. Ratna Yuniarti, M. Kes. tentang dampak pencemaran merkuri.
Di sesi tanya jawab, ada beberapa persoalan yang terangkat. Salah satu peserta menanyakan kapan para penambang akan diberikan sarana untuk mengolah emas tanpa merkuri.
Vovia Witni, koordinator program dari YTS menanggapinya dengan menyebutkan bahwa ada Perpres yang melarang penggunaan merkuri pada tahun 2025. Dan, hingga saat ini, belum ada solusi dari pemerintah untuk pengolahan emas bebas merkuri.
“Namun mereka telah bekerja sama dengan pemerintah Kanada dan Korea Selatan untuk menemukannya. Menggunakan sianida untuk mengekstraksi emas adalah solusi yang memungkinkan, namun harus mengikuti standar keselamatan dan lingkungan. Untuk sekarang, pelaku ASGM paling tidak bisa mengurangi emisi merkuri dari kegiatan mereka,”ucap Vovia.
Sementara itu, Kulansi Konolius, selaku konsultan dari YTS, memperkenalkan cara pengolahan emas yang mengurangi pencemaran merkuri. Ia mempertunjukkan dua cara,yaitu menggunakan retort dan kondensor kotak air. Dua-duanya dapat menangkap uap merkuri yang disebabkan oleh pembakaran amalgam merkuri-emas.
Dalam kesempatan itu, para peserta giat mengamati demonstrasi dan banyak bertanya tentang fungsi dan proses pemasangannya. Setelah demonstrasi, salah satu peserta menyampaikan kesediaannya untuk mendukung secara penuh kampanye dan bantuan teknis di tahun depan. Tanggapan dari peserta cukup positif.
“Saya ingin juga program ini dilakukan terus menerus sampai masyarakat bisa mandiri dan tidak menggunakan merkuri lagi”, ujar Siyono selaku Camat Parenggean.
Sementara itu, Seughyeok Lee dari GDC Consulting menambahkan bahwa mereka akan memperkembangkan program untuk tahun depan yang akan jadi lebih praktis dan lengkap agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kali ini adalah kunjungan kedua GDC Consulting ke Parenggean. Mereka, yang berbasis di Korea Selatan, bekerja sama dengan YTS dalam proyek “Remediasi Pencemaran Merkuri di Wilayah Pertambangan Indonesia” sejak tahun 2020. Acara kampanye ini adalah hari terakhir dari rangkaian kegiatan kampanye mereka di Parenggean. Adapun kegiatan lain dalam kampanye ini adalah pemasangan papan reklame di dekat Pasar Parenggean dengan pesan “Air Raksa Petaka Mencemari Asi”. (bud/b5)