kaltengonline.com – Konferensi pers di Rumah Sakit dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya, Rabu (20/3) diwarnai ketegangan. Orang tua salah satu pasien yang meninggal dunia usai dioperasi di rumah sakit setempat, Afner Juliwarno, meluapkan kekesalannya kepada pihak rumah sakit (RS). Di tengah-tengah konferensi pers, ia nekat memasuki ruangan konferensi pers untuk menyampaikan unek-uneknya.
Afner mengeluhkan soal pihak rumah sakit yang tidak pernah memberikan keterangan resmi sejak anaknya mulai dirujuk. Namun RSDS menegaskan bahwa pihaknya terbuka atas konfirmasi dari pihak pasien.
Afner mengatakan, sejak anaknya meninggal dunia usai operasi, ia belum pernah mendapatkan penjelasan resmi dari pihak RSDS terkait proses operasi terhadap buah hatinya.
“Saya jelas marah, itu anak saya, darah daging saya, yang mendapat penjelasan adalah publik, bukan langsung ke saya,” ujarnya kepada awak media di lobi RS setempat, sesaat usai konferensi pers.
Afner menjelaskan, kemarin (Selasa) pihaknya sudah berkominkasi dengan Kepala Bidang Pelayanan Medik RSDS Palangka Raya Anto Fernando Abel, bahwa orang pertama yang perlu mendapat penjelasan adalah dirinya. Ia sangat menantikan penjelasan dokter secara ilmiah, jelas, dan terperinci, sesuai dengan data yang dipegang pihak rumah sakit.
“Kenapa malah dijelaskan ke publik, seharusnya ke saya dulu. Penjelasan secara resmi saya belum dapat, kenapa kok langsung dijelaskan ke publik,” keluhnya.
Sebelum dirujuk ke RSDS, anaknya dirawat di RS Muhammadiyah Palangka Raya. Selama perawatan itu, Afner mengungkap tidak ada bocor jantung atau bocor paru-paru. Namun setelah dirujuk ke RSDS, ujarnya, ketika selesai dioperasi, tiba-tiba mengalami bocor jantung dan paru-paru.
“Kalau memang dari awal anak saya ini ada paru-paru bocor dan bocor jantung, kalau memang dari awal anak saya ada mengalami penyakit itu, tidak mungkin mereka berani mengambil tindakan operasi,” tuturnya.
Karena itulah ia mempertanyakan perihal bocor jantung dan paru-paru yang dialami anaknya usai operasi.
“Lalu, masalah ventilator yang saya ributkan itu, anak saya ini, setengah jam setelah berhenti bernapas, baru dipasang ventilator, itu yang saya ributkan. Bukan pemasang ventilator yang saya ributkan, tapi waktunya itu lambat, kok setengah jam setelahnya baru dipasang,” ucapnya.
Ia mengaku sudah datang ke RS setempat sebelumnya dengan meminta kejelasan pihak rumah sakit. Ia juga tidak datang dengan ribut-ribut. Tetapi, ia kemudian memprotes keras kemarin, menyampaikan unek-uneknya di hadapan pihak RS dan awak media di tengah-tengah konferensi pers, karena pihak RS lebih dulu memberikan penjelasan kepada pihak luar, alih-alih kepada dirinya selaku keluarga korban.
“Kenapa kepada publik, bukannya ke saya dulu. Saya orang tuanya loh. Itu bukan anak hasil gotong royong, itu bukan anak publik, tapi anak saya,” tegasnya.
Afner mengaku belum pernah mendapat penjelasan resmi, dalam artian penjelasan yang betul-betul disampaikan secara jelas dan detail.
“Kalau pihak rumah sakit datang ke saya, toh itu tidak akan merendahkan derajat mereka. Apalagi saya masih dalam kondisi berduka. Anak saya itu masih bayi, usianya baru 7 hari ketika dioperasi, meninggal pada usia 16 hari,” katanya.
Ia berharap agar anaknya itu mendapat keadilan, meski sudah meninggal. Ia tak ingin kejadian yang dialaminya itu terjadi pada orang lain. Ia menyebut, di waktu yang bersamaan saat anaknya meninggal, ada tiga bayi.
“Anak saya, waktu meninggal tanggal 25, total yang meninggal pada hari itu ada tiga bayi, paginya dua orang, malamnya anak saya. Besoknya ada lagi yang meninggal. Artinya dalam dua hari ada empat bayi meninggal,” sebutnya.