Cegah Asap, Maksimalkan Pembasahan Lahan Gambut

oleh
oleh
Kualitas udara di Kota Palangka Raya makin tercemar akibat karhutla yang terjadi akhir-akhir ini.

PALANGKA RAYA-Kabut asap mulai menyelimuti Kota Palangka Raya dalam beberapa hari terakhir. Menurut pantauan Kalteng Pos, Sabtu (21/9), sejak pukul 09.00 WIB hingga menjelang sore hari, langit ibu kota Provinsi Kalteng diselimuti asap. Sejalan dengan indikator kualitas udara yang menunjukkan tingginya cemaran PM2.5, partikel yang berasal dari polusi asap.

Berdasarkan citra sebaran asap wilayah Indonesia per 20 September pukul 16.00 WIB oleh BMKG, Kalteng menjadi salah satu wilayah yang terdeteksi asap, selain Jambi, Kalsel, Sumsel, dan Kalbar. Asap yang muncul disinyalir berasal dari kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai marak terjadi. Terutama karhutla yang terjadi pada lahan gambut yang rentan memunculkan asap pekat.

Hasil deteksi dini portal Pemetaan Risiko Berbasis Analisa Dini (PERISAI) per 21 September 2024, cukup menjawab mengapa asap muncul dan kebakaran rentan terjadi. Dalam data itu, diketahui bahwa kondisi tanah di Kota Palangka Raya menunjukan tingkat kemudahan terbakar di lapisan atas permukaan tanah yang sangat tinggi (indikator berwarna merah).

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalteng, Merty Ilona mengungkapkan, pihaknya secara berkala memantau kondisi tinggi muka air tanah, khususnya tanah gambut. Pemantauan itu bersumber dari 41 titik stasiun pemantau tinggi muka air tanah pada daerah-daerah dengan lahan gambut yang luas. Dari 41 titik itu, terdapat lebih dari 50 persen lebih atau 23 titik pemantau yang kondisi tinggi muka airnya secara umum dalam kategori bagus.

“Ini harus terus kami pantau, apakah sudah melebihi 0,4 meter turunnya, kami perlu mengecek data terbaru untuk melihat kondisinya, itu di-update tiap jam,” ucapnya kepada Kalteng Pos, Sabtu (21/9).

Pihaknya sudah melakukan operasi pembasahan lahan gambut yang bersumber dari dana restorasi gambut untuk mencegah munculnya api dari lahan gambut yang mengalami kekeringan. Dalam mencegah munculnya titik api di lahan gambut akibat kekeringan itu, pihaknya mengoptimalkan pemeliharaan sumur bor yang tersebar di delapan wilayah di Kalteng untuk menjalankan operasi pembasahan lahan gambut.

Secara keseluruhan terdapat sekitar 6.000 sumur bor yang sudah dilakukan pemeliharaan. Delapan kabupaten yang memiliki sumur bor terpelihara itu mencakup Kabupaten Barito Selatan, Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Sukamara, dan Kota Palangka Raya.

“Masih ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, seperti sepekan tanpa hujan, tinggi air lahan gambut yang turun lebih dari 0,4 meter sehingga kering, kemudian sudah ada status siaga karhutla,” beber Merty. Jika salah satu dari ketiga syarat itu terpenuhi, ujar Merty, maka boleh dilakukan operasi pembasahan lahan gambut. Pihaknya juga mendirikan pos komando (posko) karhutla berkolaborasi dengan satuan tugas (satgas) karhutla seperti BPBD, TNI, Polri, dinas kehutanan, dan relawan. 

Sementara itu, Kepala BPBPK Kalteng, Ahmad Toyib mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama bahu membahu mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. “Mari kita jaga alam kita, sehingga alam menjaga kita,“ tegasnya.(ko)