Kaltengonline.com – Desa Gohong, sebuah desa yang dikenal dengan tradisi menganyamnya, terus mempertahankan warisan budaya yang telah turun-temurun. Seorang penganyam dari Desa Gohong, Wina (47) saat di wawancarai di lobby Hotel Luwansa pada Selasa, (18/2/2025), menceritakan perjalanan dan harapannya agar generasi muda tetap melestarikan keterampilan menganyam.
“Dulu, kami tidak bisa menganyam. Namun, setelah menetap di Gohong, dan melihat tetangga-tetangga yang hampir semuanya menganyam, akhirnya kami belajar dan menekuninya,” ujar Wina.
Kegiatan menganyam di desa ini dilakukan secara manual, dimulai dari menjangat, meraut, hingga menganyam bahan menjadi berbagai produk. Dahulu, hasil anyaman hanya berupa tikar, namun kini berkembang menjadi berbagai kerajinan seperti tas dan topi. Harga produk anyaman pun bervariasi, mulai dari Rp15.000 hingga lebih dari satu juta rupiah untuk kombinasi bahan tertentu.
Selain sebagai bagian dari budaya, menganyam juga menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat. “Sebagian besar warga desa bekerja menganyam di samping pekerjaan lain seperti menyadap karet atau bekerja di perusahaan. Kami juga tergabung dalam satu lembaga yang menaungi beberapa kelompok pengrajin,” tambah Wina.
Untuk pemasaran, para penganyam tidak hanya menjual hasil karyanya di galeri rumah, tetapi juga melalui pesanan dari berbagai instansi serta pameran-pameran yang diadakan di berbagai kesempatan. Salah satu pameran yang baru saja dihadiri adalah Festival Rakyat Penjaga Hutan, di mana para pengrajin Desa Gohong menampilkan hasil karya mereka kepada masyarakat luas.
“Festival ini sangat membantu kami memperkenalkan produk anyaman khas Gohong kepada lebih banyak orang. Kami berharap acara seperti ini terus diadakan agar keterampilan menganyam semakin dikenal dan diminati oleh generasi muda,” ungkap Wina saat menghadiri Festival Rakyat Penjaga Hutan.
Namun, kekhawatiran muncul mengenai regenerasi keterampilan menganyam. Wina berharap ada lebih banyak anak muda yang mau belajar dan meneruskan tradisi ini. “Harapan kami adalah adanya regenerasi. Kami ingin lembaga ini bisa terus membina dan memberikan pelatihan kepada generasi muda agar keterampilan menganyam tidak hilang,” harapnya.(wel)