PALANGKA RAYA, Kaltengonline.com – Rencana besar pembangunan pusat industri sapi perah di Kalimantan Tengah mendapatkan dukungan, namun juga catatan penting dari Anggota Komisi II DPRD Kalteng, Bambang Irawan, menegaskan bahwa keberhasilan program tersebut harus disertai dengan kesiapan hilirisasi produk agar tidak berujung pada pemborosan sumber daya.
Bambang menyampaikan bahwa hilirisasi adalah kunci utama dalam menjamin keberlanjutan industri sapi perah. Tanpa adanya fasilitas pengolahan lanjutan seperti sterilisasi susu dan pabrik pengolahan produk turunan maka proyek ini berisiko besar.
“Harus pastikan tujuan ataupun produk akhirnya. Untuk mencapai produk akhir itu, tentunya disebutkan hilirisasi. Jangan sampai infrastruktur kehilirisasinya tidak ada,” tegas Bambang saat dimintai tanggapan, Senin (28/7).
Ia mengungkapkan bahwa Kalimantan Tengah sebenarnya punya potensi besar untuk mendukung proyek berskala nasional ini. Namun ia mewanti-wanti agar jangan sampai pembangunan berhenti pada fase peternakan semata. Dalam pandangannya, banyak daerah yang gagal karena tidak menyiapkan sistem hilirisasi yang memadai.
“ Program pemerintah bagus tapi harus siapkan hilirisasinya, jangan sampai juga sudah ada di sini sudah ada program setelah itu kita bingung malah bisa terbuang sia-sia, itu nanti aku takutnya,” katanya.
Dalam rapat persiapan yang digelar Dinas TPHP Provinsi Kalteng proyek ini dipaparkan akan didukung oleh investor True Happiness Group. Rencana investasi mencakup pembangunan peternakan di lahan seluas 300 ribu hektare lengkap dengan pabrik susu UHT dan susu bubuk. Namun Bambang mengingatkan agar pembangunan tidak hanya terfokus pada skala besar semata, melainkan juga pada sistem berkelanjutan dari hulu hingga hilir.
“Jangan sampai kita hanya bagiannya setengah-setengah baku seperti kayu loknya doang yang kita kirim,” ujar Bambang.
Bambang menutup dengan harapan bahwa proyek ini benar-benar bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal. Jika hilirisasi disiapkan secara matang maka bukan hanya produksi yang meningkat tetapi juga nilai ekonomi dan serapan tenaga kerja yang signifi kan. (*afa/ko)