Waspada, Katingan Berpotensi Terjadi Bencana Banjir

oleh
oleh
Kepala DLH Kabupaten Katingan Yobie Sandra

KASONGAN, kaltengonline.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Katingan melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya Katingan telah diprediksi berpotensi akan terjadi bencana banjir. Berdasarkan data dan prediksi cuaca, musim penghujan tahun ini diperkirakan akan berlangsung lebih lama, dengan puncaknya pada November dan Desember 2025.

Kepala DLH Kabupaten Katingan Yobie Sandra menjelaskan, jika musim kemarau tahun 2025 lebih pendek dibanding tahun sebelumnya, hanya berlangsung empat bulan, dari Juni hingga September. “Puncak kemarau terjadi pada Agustus. Namun data hotspot menunjukkan penurunan signifikan dari 116 titik pada Juli menjadi hanya 10 titik di awal September ini,” ujar Yobie kepada wartawan, Rabu (17/9).

Yobie menambahkan, peningkatan curah hujan yang signifikan menjadi indikasi kuat bahwa Katingan telah memasuki musim penghujan sejak pertengahan September. Data meteorologi mencatat curah hujan di Katingan mencapai 272 mm pada September. Jauh meningkat dari 115 mm pada bulan Agustus. “Prediksi cuaca satu minggu ke depan intensitas hujan ringan, hingga sedang. Secara bulanan, curah hujan hingga akhir September diperkirakan berkisar 200–300 mm, yang masih dalam kategori normal,” paparnya.

Baca Juga:  Disdik Katingan Berupaya Mengatasi Anak Tidak Sekolah

Namun, kewaspadaan harus ditingkatkan mulai bulan Oktober, karena curah hujan diprediksi akan meningkat drastis. “Kami perkirakan curah hujan pada Oktober bisa mencapai 300–400 mm. Ini masuk kategori di atas normal. Dengan intensitas hujan yang fluktuatif antara ringan, sedang, hingga tinggi,” ungkap Yobie.

Kepala DLH Katingan ini juga menegaskan, musim hujan tahun ini akan berlangsung lebih lama dari biasanya, yakni hingga Februari tahun 2026 mendatang. Dengan puncaknya diprediksi pada November Desember 2025. Peningkatan curah hujan ini berpotensi besar menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air, terutama di pemukiman.

Selain itu, sedimentasi atau pendangkalan yang terjadi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan juga menjadi faktor pemicu. Sedimentasi ini menghambat aliran air dari hulu ke hilir. Karena daya tampung air di DAS Katingan tidak optimal.

“Kami meminta semua pihak terkait, khususnya di sektor kebencanaan, untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi. Mitigasi tidak hanya soal banjir, tetapi juga dampak sekunder yang menyertai, seperti peningkatan risiko penyakit diare dan DBD,” tutup Yobie.(eri)