Walhi: Ekstensifikasi Lahan Food Estate Ganggu Ekosistem Gambut dan Hutan

by
PENUH SEMAK: Lahan di Desa Pilang yang disiapkan untuk perluasan areal food estate dibiarkan tak terurus. Foto: AKHMAD DHANI/KALTENG POS

Kalteng Pos menemui Kepala Desa Pilang, Rusdi. Dia mengaku optimistis terhadap proyek food estate ini, meski terdapat kekuran­gan di mana-mana. Sebagian besar masyarakat Desa Pilang ,sejauh ini menggarap sawah dengan mener­apkan prinsip trial and error pada jenis tanaman yang ditanam di lahan masing-masing.

Ini merupakan akibat tidak adanya edukasi kepada para petani mengenai cara mengelola lahan dengan bersawah, karena sebel­umnya mereka terbiasa berladang. Hal ini menuntut mereka untuk mempelajari sistem baru, dari berladang ke bersawah.

Sejak tahun 2021, usai lahan food estate telah teralokasi un­tuk digarap, Rusdi mengatakan, sampai sekarang masyarakatnya masih kebingungan dalam menen­tukan bibit yang cocok digunakan atau sesuai dengan kondisi lahan. “Mereka sudah pernah dikasih bibit unggul, tapi tidak cocok den­gan kondisi tanah di sini. Coba saja kalau yang diberikan adalah bibit yang sesuai dengan kondisi tanah di sini, pasti sudah berkembang sawah-sawah mereka,” ungkapnya.

Terkait luas area pertanian juga masih simpang siur. Data dari pihak TNI, sebut Rusdi, berbeda dengan data dari dinas terkait. Menurut TNI, lahan perluasan adalah 118 hektare, sedangkan dinas menyebut 116 hektare. “Mas­yarakat sendiri belum punya alat untuk mengukur, jadi tidak bisa kami pastikan,” tuturnya.

Diakui Rusdi, Pemkab Pulang Pisau dalam hal ini dinas pertanian rutin melakukan pengecekan dan monitoring terkait perkembangan penanaman pada lahan warga. Mereka akan memberikan saran dan masukan kepada petani un­tuk menanam dengan bibit-bibit tertentu. “Namun bibit-bibit itu malah tidak sesuai dengan kondisi lahan. Seharusnya mereka (dinas pertanian, red) melakukan pen­dampingan kepada masyarakat dalam menggarap lahan, daripada hanya pulang pergi untuk menin­jau saja,” tuturnya.

Rusdi meyakini lahan sawah food estate akan berhasil dikem­bangkan oleh masyarakat jika saja pemerintah mau memberi­kan pendampingan intens dan memberikan alat-alat penunjang kepada para petani. Mengingat antusiasme masyarakat dalam menggarap lahan sangatlah ting­gi. “Saat ini mereka sedang ber­lomba-lomba menggarap lahan dengan cara tradisional. Walaupun tingkat keberhasilannya rendah, tapi mereka senang dengan cara itu, jadi perlu pembekalan kepada mereka agar bisa mendapatkan hasil yang optimal nanti,” sebutnya. (dan/ce/ram)

Leave a Reply