Hari ini, Universitas Palangka Raya (UPR) genap berusia 59 tahun. Perguruan tinggi yang berdiri pada 10 November 1963 itu memiliki peran penting dalam mencetak sumber daya manusia (SDM). Di tengah era disrupsi berbagai sektor termasuk pendidikan, tantangan yang dihadapi UPR kian berat. Namun Rektor UPR Prof Dr Ir Salampak MS tetap optimistis menjadikan perguruan tinggi terbesar di Bumi Tambun Bungai ini sebagai pencetak SDM berkualitas di masa depan.
HUSRIN A LATIF, Palangka Raya
kaltengonline.com – Dua hari menjelang puncak Dies Natalies ke-59 UPR, saya (penulis) bersama manajemen Kalteng Pos berkesempatan untuk silaturahmi dan berbincang dengan Rektor UPR Prof Dr Ir Salampak MS. Rombongan berjumlah lima orang. Kehadiran kami diterima dengan ramah oleh Prof Salampak di ruang kerjanya, Selasa pagi (8/11). Hari itu juga sang rektor genap dua bulan memimpin UPR.
Dalam pertemuan yang berlangsung hampir satu setengah jam itu, Prof Salampak lebih banyak menyampaikan mengenai upaya perguruan tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya dalam mengimplementasikan program Merdeka Belajar, Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan Budaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
Prof Salampak menjelaskan, ada delapan indikator kinerja utama (IKU) yang harus dilakukan oleh suatu instansi pendidikan untuk menyandang predikat sebagai perguruan tinggi terbaik.
“Jadi ada delapan indikator yang menjadi tolok ukur suatu perguruan tinggi itu dikatakan maju. Sejauh ini UPR sudah sampai IKU ketujuh, sedangkan untuk IKU kedelapan sedang berproses, karena (IKU ke-8) berkaitan dengan program studi (prodi) yang harus berstandar internasional,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, Prof Salampak membuka layar di ruang kerjanya, lalu menunjukkan IKU UPR. Masyarakat umum juga bisa mengakses, melihat langsung IKU seluruh perguruan tinggi yang tersebar di Indonesia. Cukup membuka platform Papan Informasi dan Data Institusi Pendidikan Tinggi (Pindai Dikti). Melalui platform tersebut (https://pindai.kemdikbud.go.id/) masyarakat bisa melihat profil perguruan tinggi yang berkualitas.
“Jadi setiap perguruan tinggi bisa saling melihat di situ (Pindai Dikti). Ini juga akan memacu kami untuk terus berkembang menjadi perguruan tinggi terbaik,” terang mantan Wakil Rektor Bidang Akademik UPR ini.
Suatu perguruan tinggi yang ingin maju, lanjut Prof Salampak, harus mampu melakukan berbagai terobosan, inovasi, serta bergotong royong dengan berbagai pihak, termasuk alumni. “Dalam memajukan sebuah kampus, perlu kolaborasi atau kerja sama, tidak bisa jalan sendiri,” tegasnya.
Berbicara mengenai tantangan ke depan, Prof Salampak menyebut bahwa persaingan di berbagai bidang dipastikan makin ketat. Hanya SDM yang unggul dan berkarakter yang akan bisa bersaing.
“Ke depan tantangan makin berat. Persaingan akan sangat ketat di berbagai sektor. Sehingga mulai dari sekarang kami siapkan SDM yang kompetitif,” tutur rektor kelahiran Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat (Kobar), 6 April 1964 lalu.
Apabila tidak disiapkan dari sekarang, lanjutnya, maka generasi ke depan akan sulit bersaing. Untuk itu harus ada terobosan maupun inovasi dalam mencetak generasi yang benar-benar kompetitif dan siap bersaing seiring perkembangan zaman. Seperti sistem pembelajaran maupun mata kuliah yang bisa menyesuaikan kebutuhkan masa mendatang.
Prof Salampak sendiri mengemban visi menjadikan UPR sebagai perguruan tinggi unggul dalam menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh, inovatif, dan kreatif yang didasari nilai budaya bangsa Indonesia. Misi yang diusungnya sejalan dengan program yang diluncurkan oleh Kemendikbuddikti RI, yakni menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan sesuai kebutuhan masyarakat masa kini dan mendatang, serta berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam semangat Kampus Merdeka, Merdeka Belajar (MBKM). Juga mengoptimalkan tata pamong dan tata kelola universitas yang efisien dan profesioanl berbasiskan sistem teknologi informasi terpadu.
Seperti diketahui, Prof Salampak terpilih sebagai rektor UPR periode 2022-2026 setelah melalui beberapa tahapan seleksi. Kemenangan Prof Salampak mirip dengan pemilihan rektor (pilrek) periode 2018-2022. Ketika itu Dr Andrie Elia menang pada putaran kedua, walau pemilihan tahap pertama hanya menempati posisi dua. Begitu pun dengan Prof Dr Salampak. Meski hanya meraih 8 suara senat pada pemilihan putaran pertama, tapi bisa unggul telak pada pemilihan putaran kedua.
Pemilihan rektor UPR periode 2022-2026 oleh senat bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI berlangsung di ballroom lantai 6 gedung PPIIG UPR, Jumat pagi (26/8). Pada pemilihan putaran kedua, Prof Dr Salampak MS menang telak dengan meraih 32 suara. Hasil ini sesuai dengan harapan Prof Salampak, usai menempati posisi kedua pada pemilihan putaran pertama. Kala itu ia pernah mengatakan, hasil pemilihan putaran pertama bukan jadi penentu dominasi pada pemilihan putaran kedua. Karena menurutnya itu dinamis.
Benar saja, ucapan Prof Salampak terbukti pada pemilihan putaran dua. Ia justru mendominasi dengan raihan 32 suara. Pada pemilihan tahap kedua ini, melalui suara senat yang berjumlah 38 suara, di mana suara senat dua orang tidak hadir, maka suara menteri menjadi 20 suara. Dalam pemilihan yang berlangsung selama tiga jam itu, Prof Salampak mendapat 32 suara, disusul Dr Berkat 14 suara, dan Dr Sosilawaty 12 suara. (*/ce/ko)