Banjir Kota Terparah

oleh
oleh
EVAKUASI KORBAN BANJIR: Sertu Kasan Nudin, Babinsa Kelurahan Palangka, Koramil 1016-01 Palangka Raya mengevakuasi lansia bernama Djangkan yang terjebak banjir di rumahnya, Jalan Mendawai Ujung, Sabtu (19/11).

Sebagian Warga Mendawai dan Katimpun Belum Mengungsi

Meski kondisi banjir pada beberapa titik lokasi di Palangka Raya terus naik, tapi sebagian besar warga memilih tetap bertahan di rumah masing-masing. Seperti yang terlihat di kompleks Mendawai Sosial. Warga enggan untuk pindah ke tenda-tenda pengungsian. Salah satunya Aniyati. Warga Gang Setia, RT 04/06 itu memilih tetap bertahan di rumahnya.

“Saya tetap tinggal di rumah bersama cucu,” ucap perempuan berusia 64 tahun yang mengaku tinggal di kompleks itu sejak 1970 lalu.

Aniyati memilih bertahan karena melihat banyak tetangganya yang tidak mengungsi. Ia menyebut bahwa sudah empat hari banjir merendam kompleks tempat tinggalnya. Ketinggian air telah mencapai sekitar lutut orang dewasa.

Untuk mengantisipasi banjir, perempuan yang mengaku sehari-hari bekerja sebagai pemulung itu telah membuat tingkap di dalam rumah sebagai tempat tidur sekaligus tempat menaruh barang-barang.

Ketika ditanya terkait bantuan dari pemerintah, Aniyati mengaku belum dapat. Namun ia sangat berharap segera ada bantuan dari pemerintah.

 “Belum ada bantuan, sampai sekarang ini belum ada,” ucapnya sembari mengaku tinggal di rumah itu bersama cucunya yang masih berusia 6 tahun.

Pengakuan yang sama juga diutarakan warga bernama Rabiatul. Meski rumahnya di RT 02/06 telah terendam air, namun ia mengaku belum punya rencana mengungsi. “Kami masih belum mengungsi, karena debit air masih aman,” katanya sambil tersenyum.

Rabiatul juga menyebut bahwa sebagian tetangga juga memilih bertahan di rumah masing-masing.  Namun jika nanti banjir makin tinggi, Rabiatul akan mengungsi ke tempat yang aman.

“Kalau sekarang saya memilih mengungsi ke penginapan, karena di atas (Jalan Mendawai) belum ada posko,” ujarnya.

Sama seperti Aniyati, Rabiatul juga mengaku bahwa sampai saat ini belum ada bantuan yang diterima dari pemerintah. “Belum ada,” tuturnya.

Sementara, berdasarkan pantauan di wilayah Pasar Kahayan, halaman pasar sudah tergenang air. Namun kondisi di dalam pasar masih kering. Air belum naik sampai teras pertokoan. Aktivitas jual beli tetap berjalan normal. Namun para pedagang sudah mengantisipasi jika sewaktu-waktu banjir makin tinggi.

“Barang-barang yang di bagian bawah sudah mulai diangkat dan diamankan,” ucap Amad, salah satu pedagang yang berjualan di pertokoan itu.

Sementara, Abah Sani yang merupakan warga Jalan Mendawai I, mengaku sudah beberapa hari tinggal di kios kosong di Pasar Kahayan. Sementara istri dan anak-anaknya masih bertahan di rumah. “Karena air di dalam rumah sudah selutut, jadi untuk jaga-jaga saja, kalau kena mesti pindah ke sini,” ucapnya.

Baca Juga:  Pastikan Kualitas Pelayanan Perizinan Berjalan Baik, Agustiar Sidak ke DPMPTSP

Abah Sani mengatakan bahwa dahulu pertokoan Pasar Kahayan merupakan lokasi yang disiapkan pemerintah sebagai tempat pengungsian. Sampai sekarang ini terdapat sekitar sepuluh toko kosong yang sudah ditempati warga yang mengungsi. Di sekitar wilayah Jalan Mendawai dan Pasar Kahayan belum ada tenda khusus yang disiapkan pemerintah sebagai posko pengungsian.

Sementara itu, warga Kelurahan Petuk Katimpun yang terdampak banjir juga enggan meninggalkan rumah mereka. Belum ada yang menempati posko pengungsian yang sudah disiapkan.

Plt Lurah Petuk Katimpun Adet Setyadi Suharyo menyebut, hingga saat ini belum ada warga yang mengungsi. Kendati debit air terus meninggi dan menggenangi sebagian besar rumah di Katimpun Bawah (lokasi terjadinya banjir), tapi tidak ada satu pun warga yang mengungsi.  “Sampai saat ini belum ada pengungsi di posko,” ucapnya saat ditemui Kalteng Pos di posko banjir Kelurahan Petuk Katimpun, Minggu (20/11).

Adet mengatakan, pihaknya bersama relawan sudah menyiapkan ruang kelas SMP Negeri 16 Palangka Raya sebagai posko untuk masyarakat Petuk Katimpun. Juga sudah disiapkan posko kesehatan dan dapur umum. Beberapa pihak seperti dinas sosial, masyarakat, dan beberapa lembaga telah menyumbangkan beras dan sejumlah dana untuk keperluan posko.

Pihaknya memaklumi masyarakat masih enggan mengungsi karena faktor ekonomi. Lantaran profesi masyarakat Petuk Katimpun sebagian besarnya adalah nelayan.

“Salah satunya karena alasan mata pencaharian. Dengan air dalam seperti ini, pasti banyak ikan yang bisa didapatkan,” ujarnya.

Banjir yang menggenangi Kelurahan Petuk Katimpun menyebabkan akses jalan darat terputus. Masyarakat yang ingin berpindah ke wilayah atas (lokasi yang tidak terjadi banjir), cukup kesulitan. Apalagi hanya segelintir warga yang memiliki kelotok pribadi.

Karena itu pihaknya telah mengimbau masyarakat melalui ketua RT agar menghubungi petugas posko jika ingin mengungsi dan mendapatkan bantuan relawan. Petugas kesehatan juga disiagakan untuk melayani masyarakat yang sakit.

“Sudah saya infokan agar warga yang sakit segera menghubungi kami di sini, supaya tim kesehatan bisa meluncur ke sana. Karena untuk warga mau naik ke sini, sepertinya sulit, karena terkendala akses jalan dan lainnya,” katanya.