PALANGKA RAYA-Pesta demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden pada 14 Februari 2024 mendatang, hampir pasti diikuti oleh tiga pasang. Dua pasang sudah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Satu lagi dijadwalkan mendaftar besok (25/10). Menghadapi kontestasi lima tahunan itu, masing-masing partai pengusung dan pendukung sudah mengatur strategi pemenangan. Tak terkecuali jurus untuk merebut 1,9 juta suara pemilih di Bumi Tambun Bungai.
Bakal calon presiden dan wakil presiden yang telah resmi mendaftar ke KPU RI adalah pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.
Sementara pasangan Prabowo-Gibran dijadwalkan akan mendaftar ke KPU pada hari terakhir pendaftaran. Lantas seperti apa kekuatan tiga pasangan bakal calon tersebut di Kalteng? Berdasarkan hasil pemilihan legislatif (pileg) 2019 lalu, partai politik pendukung pasangan Ganjar-Mahfud yakni PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura meraup suara terbanyak dengan jumlah 477.168 suara dan mendapatkan total 15 kursi (data lengkap pada tabel).
Menghadapi pesta demokrasi kali ini, gabungan parpol koalisi sudah membentuk tim pemenangan di tingkat pusat maupun daerah. Di Kalteng, partai-partai koalisi mulai melakukan komunikasi untuk mempersiapkan tim pemenangan. Dimulai dengan tim pemenangan Anies-Muhaimin (AMIN) yang melakukan silahturahmi di Kantor DPW NasDem Kalteng, Jumat malam (20/10). Dalam pertemuan itu juga telah dibentuk tim pemenangan.
Silaturahmi koalisi pemenangan AMIN di Kalteng turut dihadiri petinggi partai, pengurus, kader, bacaleg dari partai pengusung dan pendukung, serta relawan AMIN dan Jarnas AMIN. Di antaranya ada Ketua DPW NasDem Kalteng, Ketua DPW PKB Kalteng, Ketua DPW PKS Kalteng, perwakilan Partai Umat Kalteng, relawan AMIN dan Jarnas AMIN.
Dalam pertemuan itu, sejumlah strategi dan langkah digagas oleh Ketua DPW NasDem Kalteng Faridawaty Darland Atjeh untuk kemenangan paslon capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) pada pilpres 2024 mendatang.
“Sudah mulai dikerahkan langkah apa yang harus dilakukan untuk memperoleh suara terbanyak dan menang,” ujar Faridawaty.
Pihaknya berkomitmen untuk memenangkan AMIN, mengingat kedua figur tersebut siap berlayar sebagai capres dan cawapres untuk kontestasi pilpres 2024. Sehingga semua potensi dan strategi kekuatan harus dikerahkan demi mencapai kemenangan.
Menurut Faridawaty, tiap daerah memiliki karakteristik pemilih yang berbeda. Karena itu, pihaknya sudah mengantongi strategi yang akan digunakan nanti agar suara untuk AMIN bisa maksimal di Kalteng.
“Dalam waktu dekat kami akan mulai menyusun tim gabungan pemenangan tingkat daerah dari partai koalisi. Melihat respons masyarakat, kami optimistis AMIN menang di Pilpres 2024,” tuturnya, saat silahturahmi koalisi pemenangan AMIN Kalteng.
Dikatakannya, berdasarkan survei internal Partai NasDem, peluang kemenangan paslon AMIN di Kalteng mencapai 53 persen. Tentu hal itu menjadi acuan untuk mengatur strategi mewujudkan dan meningkatkan perolehan suara. Otimisme itu muncul karena secara periodik NasDem rutin melakukan pemantauan.
Selain itu, Sekretaris DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Provinsi Kalteng Sigit K Yunianto menyebut pihaknya telah mempersiapkan tim pemenangan sejak lama.
“Di Kalteng kami telah mempersiapkan tim pemenangan sejak awal, tinggal menunggu waktunya tim pemenangan Ganjar-Mahfud akan bergerak,” ungkap Sigit kepada Kalteng Pos, Senin (23/10).
Dikatakannya, tim pemenangan tersebut akan melebur di tiap kabupaten/kota yang ada di Kalteng. Pria yang menjabat Ketua DPRD Kota Palangka Raya itu menegaskan, tim pemenangan akan melibatkan kader PDIP yang eksekutif dan legislatif serta struktural partai.
“Yang pasti tim pemenangan akan melibatkan semua kader PDIP, baik di eksekutif, legislatif, dan struktural partai. Tiga pilar akan sama-sama bergerak untuk memenangkan calon presiden dari PDIP,” tegasnya.
Ditanya apakah Ganjar akan hadir di Kalteng untuk berkampanye, ia mengatakan masih menunggu jadwal.
“Kami meyakini bahwa Ganjar Pranowo-Mahfud MD makin mantap berkontestasi, bertarung dalam gagasan bagi daya unggul bangsa di masa depan, dan memiliki nyali karena berdiri kokoh dalam tuntunan mata hati rakyat,” ucap Sigit.
Setelah penetapan Prabowo-Gibran, PDIP makin bergerak cepat, lebih mantap, dan makin semangat. “PDIP ini Partai Banteng. Makin ditekan, makin semangat. Munculnya Prabowo-Gibran justru akan menjadi kontrasting dengan Ganjar-Mahfud MD,” tegas Sigit.
Selain itu, Sekretaris DPD Partai Gerindra Provinsi Kalteng Agus Pramono menyebut bahwa tim pemenangan Prabowo-Gibran dalam proses pembentukan. Ia memastikan akan melibatkan tokoh atau figur yang berpengalaman dalam pemerintahan maupun lainnya.
“Proses pembentukan tim pemenangan di Kalteng sedang dalam proses, yang pasti kami akan melibatkan tokoh berpengalaman untuk memimpin tim pemenangan nanti, baik yang pernah menduduki jabatan strategis seperti kepala daerah maupun tokoh yang dikenal masyarakat Kalteng. Melalui cara ini kami harap Prabowo-Gibran bisa menang di Kalteng,” ungkapnya.
Dikatakannya, selama ini telah ada komunikasi dengan partai-partai koalisi di Kalteng. Tinggal menunggu waktu, tim pemenangan akan mulai bergerak untuk memenangkan capres-cawapres yang diusung.
Agus mengaku pemilihan Gibran sebagai cawapres sama dengan yang diusulkan DPC Gerindra. Ia berharap para pemilih muda bisa menjatuhkan pilihan ke pasangan Prabowo-Gibran.
“Pemilihan Prabowo-Gibran merupakan langkah sesuai dengan apa yang diusulkan DPC Se-Kalteng. Sosok Gibran bisa mewakili kalangan muda dan pemilih muda pada pemilu kali ini yang mencapai 52 persen. Diharapkan pasangan Prabowo-Gibran bisa meraup banyak suara dari kalangan muda,” tutur Agus.
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Palangka Raya, Jhon Retei menyebut masyarakat Kalteng memiliki kecenderungan memilih satu warna. Hal itu terbukti pada pemilu 2019 lalu. Dimana efek ekor jus itu berpengaruh terhadap suara partai dan suara presiden.
“Kita ingat pada 2019 efek ekor jus itu sangat berpengaruh pada perolehan suara di parlemen DPRD provinsi, di mana mereka mampu mendulang suara ketika partai pengusung mendukung capres yang menjadi pemenangan saat itu. Begitu juga sebaliknya, figur caleg (populer) mampu membantu perolehan suara presiden. Jadi ada pemilihan satu warna kala itu. Partai pengusung pun mendapatkan efek itu. Lantas, apakah 2024 nanti efek itu akan terjadi lagi,” ucap Jhon.
Dalam psikologi politik, efek ekor jas dapat dimaknai sebagai pengaruh figur atau tokoh dalam meningkatkan suara partai dalam pemilu. Figur atau tokoh bisa berasal dari calon presiden ataupun calon wakil presiden yang diusung. Sederhananya, partai politik akan mendapatkan limpahan suara dalam pemilihan umum anggota legislatif, bila mencalonkan tokoh atau figur yang populer serta memiliki elektabilitas tinggi.
Namun, kali ini masyarakat disuguhkan tiga pasangan calon. Jhon menyebut ada kemungkinan besar tiga pasangan itu tidak akan memberikan implikasi terhadap partai-partai pengusung.
“Apakah kemudian konfigurasi partai politik pengusung perolehannya akan berkorelasi dengan perolehan kursi-kursi yang ada di DPRD. Karena ada tiga pasang calon, maka kemungkinan pemilih capres nanti akan berbeda dengan memilih caleg yang ada di tingkat daerah, karena mereka akan melihat dahulu figur yang akan dipilih,” tegasnya.
Menurutnya, seharusnya partai pengusung utama bisa mencalonkan caleg yang memang memiliki elektabilitas tinggi, sehingga efek ekor jus akan berpengaruh dalam perolehan suara capres. Ia menilai pemilihan wakil oleh masing-masing capres akan menarik golongan suara tertentu.
“Dengan adanya pemilihan wakil yang tepat, tentu ini nanti akan berpengaruh terhadap basis suara dari golongan tertentu. Seperti Prabowo yang memilih Gibran, tentu tim pemenangan nantinya akan berfokus pada pemilih milenial. Kiranya para tim pemenangan yang ada di Kalteng mampu memfaatkan basis suara yang sesuai dengan background capres dan cawapres yang diusung,” tutur Jhon.
Berdasarkan peta kekuatan tiga bacapres, lanjutnya, Kalteng memiliki basis penting, tetapi tidak menjadi yang utama dalam pemenangan capres nanti. Mengingat pemilih di Kalteng berjumlah 1,9 juta. Jumlah itu tidak lebih dari satu persen DPT secara nasional.
“Suara di Kalteng akan dibutuhkan oleh pemenangan presiden, tetapi tidak menjadi prioritas utama,” tegas Jhon. (ko)