PALANGKA RAYA, Kaltengonline.com – Wakil Ketua I Komisi II DPRD Kota Palangka Raya, Hap Baperdu, meminta Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya untuk tidak hanya melakukan penertiban terhadap pedagang kreatif lapangan (PKL), tetapi juga menyediakan lokasi alternatif bagi mereka yang terdampak penggusuran, khususnya yang berjualan di atas saluran drainase.
“Ini yang perlu menjadi perhatian serius. Jangan hanya digusur, tapi harus ada solusi tempat baru agar mereka tetap bisa berjualan,” tegas Hap, Selasa (1/7).
Ia mengapresiasi langkah tegas pemerintah dalam menertibkan PKL demi mengembalikan fungsi saluran air serta menciptakan lingkungan kota yang lebih tertib dan nyaman. Namun, Hap mengingatkan bahwa kebijakan tersebut harus tetap memperhatikan aspek kemanusiaan dan kondisi ekonomi masyarakat.
“Jangan sampai tindakan ini menimbulkan polemik atau konfl ik sosial, apalagi banyak dari mereka hanya sekadar mencari nafkah,” ujarnya.
Legislator dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini menilai bahwa masih banyak ruang yang dapat dioptimalkan sebagai pusat aktivitas PKL. Salah satunya adalah kawasan Pasar Datah Manuah yang dinilainya memiliki potensi untuk difungsikan lebih maksimal sebagai lokasi relokasi pedagang.
Ia menekankan pentingnya kebijakan penertiban yang disertai dengan solusi yang adil dan realistis, agar tidak memicu gesekan di masyarakat. Menurutnya, jika pendekatan ini dilakukan dengan baik, masyarakat akan lebih mudah menerima dan mendukung langkah pemerintah dalam menata kota.
“Tanpa tindakan tegas, tentu sulit mengembalikan fungsi drainase. Tapi kebijakan itu juga harus berimbang. Ada penertiban, harus ada juga solusi yang bisa diterima warga,” katanya.
Hap pun berharap ke depan tidak ada lagi aktivitas jual beli di atas saluran drainase, sehingga wajah Kota Palangka Raya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah bisa tampil lebih tertata, modern, dan nyaman.
“Palangka Raya adalah wajah Kalteng, sebagai ibu kota provinsi. Maka sudah sepatutnya menjadi barometer penataan kota bagi daerah lain,” pungkasnya. (ham/ko)