Sejak diluncurkannya Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar di Asrama Haji Sudiang Makassar, (24/7/2025) yang dituangkan ke dalam Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025 tentang panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), maka sejak saat itu semua lembaga pendidikan di bawah Kementerian Agama mulai Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) sudah menggunakan kurikulum tersebut.
Representasi dari KBC di madrasah mewujudkan generasi madrasah yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, dan berkarakter cinta. Wujud nyata dari cinta tersebut meliputi Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya, Cinta Kepada Diri Sendiri, Cinta Kepada Sesama, Cinta Kepada Lingkungan dan Cinta Kepada Bangsa dan Negara.
Sejarah Islam mencatat bahwa dakwah Nabi Muhammad SAW pertama kali adalah menanamkan sikap tauhid kepada Allah SWT, yaitu hanya menyembah kepada Allah. SWT. Sementara terkait karakter, Nabi sampaikan melalui sikap dan tingkah laku sehari-hari.
Orang yang beriman dan menyembah kepada Allah SWT, lambat laun akan tumbuh rasa cintanya kepada Allah dan ciptaan-Nya. Sehingga apabila seseorang sudah menyatakan diri cinta kepada Allah, tentu ia tidak akan menyakiti orang lain dan makhluk ciptaan-Nya.
Dengan cintanya, Nabi Muhammad setiap hari menyuapi seorang Yahudi buta yang mencaci makinya, dengan cintanya Nabi menengok wanita Yahudi yang sakit, sambil membawa makanan di mana wanita tersebut suka melempari dan menghina Nabi, dengan cintanya Nabi mendoakan penduduk Thaif yang menolak dabershalawa
Ajaran cinta ini memberikan inspirasi kepada para sahabat dan ulama Sufi. Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib “Barang siapa mencintai sesuatu, maka ia akan banyak menyebutnya”. Cinta sejati kepada Allah dan Rasul terlihat dari lisannya yang senantiasa berzikir dan bershalawat.