Oleh : Zahrina Nurfaiza Mursida, Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
Obesitas dan diabetes adalah dua penyakit yang saling berkaitan dan berdampak buruk bagi kesehatan. Obesitas adalah keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi akibat gangguan produksi atau kerja hormon insulin. Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk mengatur metabolisme gula dalam tubuh.
Obesitas dan diabetes tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kasus diabetes pada anak melonjak hingga 70 kali lipat sejak tahun 2010 hingga awal tahun 2023. Kasus diabetes pada anak mencapai 2 per 100.000 jiwa per Januari 2023.
Obesitas dan diabetes pada anak-anak dan remaja dapat menyebabkan berbagai komplikasi gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, kolesterol tinggi, gangguan ginjal, gangguan mata, gangguan saraf, dan kanker. Selain itu, obesitas dan diabetes juga dapat mempengaruhi kualitas hidup, kesejahteraan psikologis, dan prestasi belajar anak-anak dan remaja.
Lalu, apa saja faktor-faktor yang berkontribusi terhadap obesitas dan diabetes pada anak-anak dan remaja? faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
– Faktor genetik: Anak-anak dan remaja yang memiliki orang tua atau saudara dengan riwayat penyakit obesitas atau diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama. Hal ini karena adanya faktor keturunan yang mempengaruhi metabolisme lemak dan gula dalam tubuh.
– Faktor lingkungan: Anak-anak dan remaja yang tinggal di lingkungan yang kurang mendukung gaya hidup sehat, seperti minimnya fasilitas olahraga, banyaknya polusi udara, atau sulitnya mendapatkan makanan bergizi, cenderung lebih mudah mengalami obesitas dan diabetes. Lingkungan juga mencakup pengaruh media sosial, iklan, dan teman sebaya yang dapat mempengaruhi perilaku dan preferensi makan anak-anak dan remaja.
– Faktor asupan makanan: Anak-anak dan remaja yang sering mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan kalori, seperti makanan cepat saji, minuman manis, atau camilan, berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan diabetes. Hal ini karena makanan tersebut dapat menyebabkan penimbunan lemak dalam tubuh dan gangguan pada produksi atau kerja insulin. Sebaliknya, anak-anak dan remaja yang mengonsumsi makanan seimbang, seperti sayur, buah, protein, dan karbohidrat kompleks, dapat membantu menjaga berat badan dan kadar gula darah yang normal.
– Faktor aktivitas fisik: Anak-anak dan remaja yang kurang aktif bergerak atau jarang olahraga cenderung lebih mudah mengalami obesitas dan diabetes. Hal ini karena aktivitas fisik dapat membantu membakar lemak dan kalori dalam tubuh, serta meningkatkan sensitivitas insulin. Sebaliknya, anak-anak dan remaja yang rutin berolahraga dapat membantu menjaga berat badan dan kadar gula darah yang normal.
– Faktor kesehatan: Anak-anak dan remaja yang menderita penyakit tertentu, seperti hipotiroidisme, sindrom Cushing, atau sindrom ovarium polikistik, dapat berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan diabetes. Hal ini karena penyakit tersebut dapat mempengaruhi metabolisme lemak dan gula dalam tubuh, serta produksi atau kerja insulin.
Selain itu, anak-anak dan remaja yang menggunakan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, antipsikotik, atau antidepresan, juga dapat berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan diabetes. Hal ini karena obat-obatan tersebut dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan nafsu makan, penurunan aktivitas fisik, atau gangguan pada produksi atau kerja insulin.
– Faktor psikologis. Anak-anak dan remaja yang mengalami stres, depresi, atau gangguan makan, dapat berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan diabetes. Hal ini karena kondisi psikologis tersebut dapat mempengaruhi perilaku makan, aktivitas fisik, dan kadar hormon dalam tubuh.
Anak-anak dan remaja yang stres atau depresi cenderung lebih mudah mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan kalori sebagai bentuk penghiburan, atau mengalami gangguan tidur yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme. Anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan makan, seperti anoreksia, bulimia, atau binge eating, cenderung mengalami fluktuasi berat badan dan kadar gula darah yang ekstrem, yang dapat menyebabkan gangguan pada produksi atau kerja insulin.
Dari faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa obesitas dan diabetes pada anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan obesitas dan diabetes pada anak-anak dan remaja harus dilakukan secara komprehensif dan multidisiplin, dengan melibatkan peran serta orang tua, guru, dokter, ahli gizi, psikolog, dan pihak-pihak terkait lainnya. Anak-anak dan remaja harus didorong untuk menjalani gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, serta mengelola stres dengan baik. Selain itu, anak-anak dan remaja yang sudah menderita obesitas atau diabetes harus mendapatkan pengobatan dan pemantauan yang tepat, serta dukungan dan edukasi yang memadai, agar dapat mengontrol penyakitnya dan mencegah komplikasi yang lebih parah.
Referensi
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses pada 2023. Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja.
Kementerian Kesehatan. Diakses pada 2023.
Diabetes pada Remaja.