Kabut Asap Tipis Mulai Selimuti Palangka Raya

oleh
oleh
AWAS ASAP: Peserta didik di Kota Palangka Raya mengenakan masker saat ke sekolah. Seperti yang terlihat di SDN 4 Bukit Tunggal, Jalan Tenggiri, Senin (4/9).

PALANGKA RAYA-Dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meningkat drastis selama bulan Agustus sudah terasa. Kabut asap tipis terlihat mulai menyelimuti langit Kota Palangka Raya. Kondisi itu memaksa peserta didik mengenakan masker saat berangkat dan beraktivitas di sekolah, mencegah terpapar penyakit akibat menghirup udara yang sudah tidak bersih.

Melihat kondisi asap yang sudah menyelimuti ibu kota provinsi, sejak Rabu (30/8) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangka Raya mengeluarkan imbauan kepada sekolah untuk mewajibkan peserta didik mengenakan masker, mengurangi aktivitas di luar kelas, meniadakan upacara bendera, serta selalu memantau kualitas udara melalui aplikasi ISPUnet.

Kepala Sekolah Dasar (SD) 4 Bukit Tunggal Palangka Raya Norahmawatie langsung mengingatkan para murid dan guru untuk memakai masker saat berada di lingkungan sekolah. Bahkan sekolah yang berada di Jalan Tenggiri tersebut mendiadakan upacara bendera pada Senin (4/9).

“Imbauan sudah disebarkan ke grub guru agar guru-guru meneruskan ke peserta didik. Namun karena baru hari Sabtu dikasih tahu, jadi masih ada yang enggak pakai masker. Kami akan terus ingatkan soal itu. Kami juga tidak menggelar upacara bendera karena kabut asap mulai terlihat. Kalau kami paksakan, anak-anak bisa saja sakit. Kebijakan itu juga sesuai dengan imbauan disdik untuk lebih memperbanyak kegiatan di dalam kelas ketimbang di luar,” kata Norahmawatie.

Beberapa orang tua juga cukup mencemaskan anak mereka di saat kondisi Palangka Raya diselimuti kabut asap. Salah satunya Aisah. Orang tua murid kelas 3 itu mengaku sedikit khawatir dengan kesehatan putranya akibat asap karhutla. Ibu dua anak itu hanya bisa membekali buah hatinya dengan makanan sehat dan berprotein untuk memperkuat imun tubuh agar tidak mudah jatuh sakit.

“Sebagai orang tua pasti takut anak sakit, karena menghirup asap karhutla cukup berbahaya, tetapi mereka tetap harus masuk sekolah. Kalau enggak masuk, bisa ketinggalan pelajaran, kasihan anak. Orang tua kan belum tentu bisa ngajarina anak seperti guru. Jadi, kalau mau sekolah, pakai masker. Kalau bisa bekalin anak, biar enggak jajan di luar. Tak lupa ingatkan anak untuk selalu minum air dan memakai masker,” tutur Aisah.

Senada disampaikan Sumiati, yang mengkhawatirkan anaknya akan mudah jatuh sakit di tengah kabut asap. Baginya, akan lebih sulit lagi mengajarkan anak, jika diterpkan sistem belajar dari rumah seperti saat pandemi Covid-19. Sumiati atau Aisah berharap pemerintah daerah dapat mengatasi secepatnya menatasi kabut asap dan karhutla, sehingga aktivitas belajar menjara berjalan normal tanpa kekhawatiran.

Kini kabut asap mulai menyelimuti langit Palangka Raya. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalteng Merty Ilona menyebut, saat ini kualitas udara di Kalteng terus menjadi perhatian pihaknya.

“Tiap hari selalu ada update, sehingga kita bisa memantau kualitas udara di wilayah Kalteng,” ujar Merty Ilona pada Kalteng Pos, Senin (4/9).

Data per Minggu (3/9) sekitar pukul 09.00 WIB, kualitas udara di Sampit, Pangkalan Bun, dan Palangka Raya berada pada kondisi baik dan sedang. Sementara wilayah Buntok berada pada titik kuning alias tidak sehat. “Karena stasiun AQMS ini memantau secara real time, memantaunya per jam,” tuturnya.

Ia mengingatkan bahwa kondisi kuliatas udara bukan bersifat permanen, karena tiap jam AQMS akan memberikan update kualitas udara. Karena itu, masyarakat diimbau untuk terus mengecek kualitas udara melalui monitor display AQMS yang ada di Bundaran Besar.

“Kalau secara langsung masyakat tidak bisa mengakses website KLHK ini. Tapi informasi kualitas udara berupa kategori seperti baik, sedang, tidak sehat, hingga berbahaya bisa dilihat di sana,” paparnya.

Baca Juga:  Perpustakaan Bisa Jadi Titik Awal Lahirnya Perdamaian Dunia

Ia memastikan bahwa alat tersebut masih bagus dan bekerja dengan baik. Artinya, data yang muncul merupakan data akurat.

“Kalau ada warga yang ingin mengecek, bisa langsung ke Bundaran Besar,” lanjutnya.

Selain itu, ada aplikasi khusus yang juga disedikan oleh kementerian pusat bagi masyarakat.

“Aplikasinya bisa diakses melalui Play Store, nama aplikasinya ISPUnet KLHK,” ujarnya.

Aplikasi tersebut akan menyediakan informasi soal perkembangan kualitas udara. Dengan begitu masyarakat lebih mudah memantau kondisi udara terkini. “Karena informasinya kurang lebih seperti yang muncul di display yang ada di Bundaran Besar,” tambahnya.

Hanya saja, lanjutnya, aplikasi itu hanya bisa memantau kulitas udara pada daerah tertentu. “Karena adanya keterbatasan, AQMS yang terhubung dari KLHK hanya mendeteksi empat daerah di Kalteng, yakni Pangkalan Bun, Sampit, Palangka Raya, dan Buntok, sedangkan untuk daerah lainnya belum,” terangnya.

Bagi daerah yang belum terhubung dengan AQMS, bisa saja bekerja sama dengan BMKG, karena BMKG memiliki alat untuk pengecekan kualitas udara. “Untuk masyakat mungkin nanti suplai informasinya dari DLH kabupaten dan DLH kabupaten yang akan konfirmasi ke BMKG,” lanjutnya.

Update kualitas udara sendiri belum ada dari DLH secara langsung. “Kami menyerahkan data ke Pusdalops, data di sana lebih komprehensif, ada penjelasan faktor kualitas udara,” ujarnya.

Terpisah, Kepala DLH Palangka Raya Acmad Zaini mengatakan, adanya stasiun pemantauan bisa memberikan peringatan dini jika terjadi perubahan kualitas udara. ISPU yang dilaporkan oleh stasiun pemantau udara merupakan kondisi rata-rata harian atau sekitar 24 jam pengukuran, sehingga semua data pemantauan yang dilaporkan merupakan hasil dari rata-rata harian yang berlaku dari pukul 15.00 hari ini hingga pukul 15.00 esok hari.

DLH mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Masyarakat juga diingatkan untuk peka dengan situasi sekitar.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam penanganan karhutla adalah mengerahkan helikopter water bombing ke wilayah yang intensitas karhutlanya cukup tinggi. Bidang Operasi Pusdalops, Japalmen, saat ditemui Kalteng Pos, Senin (4/9), mengatakan saat ini Kalteng memiliki 4 unit helikopter water bombing. Semuanya merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Ditempatkan di dua bandara. Tiga helikopter di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya dan satu helikopter di Bandara H Asan Sampit, Kotawaringin Timur,” sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan Japalmen, dalam sekali penerbangan, helikopter water bombing dapat menempuh waktu terbang hingga 7 jam. Artinya, dalam satu hari hanya bisa dua kali penerbangan.

“Sebelum terbang, biasanya dicek dahulu kondisi cuaca. Kalau untuk pemadaman, maka akan diterbangkan sesuai instruksi,” imbuhnya.

Saat ini wilayah yang masih terdapat banyak kejadian karhutla adalah Palangka Raya, Pulang Pisau, Kapuas, dan Kotawaringin Timur.

Menurutnya jumlah unit helikopter water bombing yang tersedia saat ini belum cukup. Sebab, helikopter harus mengambil air di sungai, karena di sekitar lahan dan hutan yang terbakar sulit ditemukan sumber air.

“Selain itu, kendala yang dihadapi adalah banyaknya warga, terutama anak-anak yang bermain layangan, sehingga menyulitkan kami saat bertugas memadamkan api,” ungkapnya.

Pihaknyamengimbau masyarakat untuk tidak membakar lahan saat musim kemarau atau membuang puntung rokok sembarangan karena bisa menyebabkan kebakaran. Perlu ada kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah dan pihak terkait lain sehingga lingkungan tetap terjaga dan karhutla bisa ditekan. (ko)