PALANGKA RAYA-Pada momentum Hari Santri yang ke-8, pondok pesantren (ponpes) di Kalteng diingatkan agar mampu berdikari secara ekonomi. Sehingga dalam pemenuhan anggaran pesantren tidak terlalu bergantung pada sumbangan pembinaan pendidikan para santri. Hal itu disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kalteng, H Noor Fahmi.
“Ponpes diharapkan bisa mandiri, tidak ketergantungan dengan dana pihak-pihak lain, melalui usaha yang dimiliki, diharapkan ponpes bisa mandiri dari segi pendanaannya,” ujar Fahmi kepada wartawan usai menghadiri upacara peringatan Hari Santri di halaman Kampus IAIN Palangka Raya, Minggu pagi (22/10).
Fahmi menjelaskan, kendala yang dihadapi ponpes saat ini adalah pemenuhan anggaran untuk operasional sehari-hari. Sebab, tak jarang ponpes menetapkan biaya tinggi bagi murid-muridnya untuk menuntut ilmu di pesantren setempat.
“Pesantren seolah menyulitkan para santrinya melalui pembiayaan yang besar, karena pondok itu tidak memiliki modal apa-apa untuk menyediakan anggarannya, makanya jadi membebankan kepada orangtua santri dan meminta dana dari pemerintah,”jelas Fahmi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kemenag mengeluarkan program inkubasi agar keuangan pondok pesantren bisa terpenuhi secara mandiri. Kemandirian keuangan itu akan distimulasi melalui pemberian dana agar pesantren yang bersangkutan bisa melakukan usaha secara mandiri yang bisa menghidupi dana operasional sehari-hari ponpes.
“Kalteng punya 107 ponpes, ada 15 ponpes yang mendapatkan bantuan inkubasi dari Kemenag untuk menstimulasi kemandirian ponpes dalam pendanaannya, dari situ ada yang membuka berbagai usaha,” tambahnya.
Melalui program tersebut, Fahmi berharap pemerintah daerah turut memberikan perhatian terhadap eksistensi pesantren melalui berbagai program yang bisa menunjang pendirian pesantren. Sebab, ponpes berperan penting sebagai lembaga pendidikan yang mampu mencetak insan-insan agamis bagi agama dan bangsanya.
“Mohon ada bantuan dari pemerintah agar juga bisa memberikan stimulus bagi ponpes, sehingga mampu mandiri dari segi pendanaan, tidak bergantung dengan pihak lain,”ucapnya.
Di tempat yang sama, Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng H Edy Pratowo menyebut Pemprov Kalteng tentu akan mendukung upaya mencapai kemandirian anggaran dari masing-masing ponpes yang ada di Kalteng. Menurut Edy, pesantren di Kalteng mampu tumbuh dan berkembang cukup bagus melalui berbagai usaha yang dikembangkan untuk menghidupkan pesantren.
“Ada yang mengembangkan kuliner, kerajinan tangan, UMKM, dan usaha-usaha produktif lainnya. Saya kira ini bagus, tinggal ke depan bagaimana pemerintah untuk terus melakukan upaya pembinaan, khususnya pada UMKM, nanti akan dibantu dari BPOM dan Dinas Koperasi dan UMKM,”jelas Edy kepada wartawan.
Oleh karena itu Edy menyebut pihaknya melalui Dinas Koperasi dan UMKM masih melihat sisi mana yang bisa pihaknya lakukan untuk bisa mendorong kegiatan-kegiatan usaha produktif pesantren bisa berjalan dengan baik sehingga ponpes bisa hidup melalui usaha-usaha tersebut.
“Tentu kami dukungan dan mendorong agar upaya-upaya yang pihak pesantren lakukan untuk mencapai kemandiriannya bisa berjalan dengan baik melalui usaha-usaha itu,” tandasnya.
Jihad Santri Jayakan Negeri Perayaan Hari Santri tahun 2023 berlangsung meriah. Perayaan kali ini di gelar di halaman Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya dengan melakukan upacara peringatan Hari Santri.
Edy dalam amanatnya menyampaikan pidato Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas. Penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri nasional merujuk pada tercetusnya resolusi jihad. Yang mana ini berisi fatwa kewajiban berjihad, demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. “Sejak ditetapkan pada tahun 2015, kita pada setiap tahunnya selalu rutin menyelenggarakan peringatan Hari Santri dengan tema yang berbeda,” ujarnya, Minggu (22/10). Untuk tahun 2023 ini lanjutnya, Hari Santri mengangkat tema ‘Jihad Santri Jayakan Negeri’.
Edy juga menyampaikan jika peringatan ini bukanlah milik santri semata. “Hari Santri adalah milik kita semua, milik semua komponen bangsa yang mencintai tanah air, milik mereka yang memiliki keteguhan dalam menjunjung nilai-nilai kebangsaan,”tutupnya.
Dua orang santri yang hari ini bertugas sebagai pembaca ikrar santri, saat di wawancara oleh Kalteng Pos mengaku sangat senang karena dapat berpartisipasi. Satrio dan Ridwan santri Pondok Pesantren Al-Mujahidul Amin yang terpilih menjadi pembaca. “Saya baca yang bahasa Arab, rasanya gugup tapi alhamdulillah lancar, ujarnya.
“Iya lumayan gugup tadi, kalau saya baca ikrar santri yang bahasa inggris. Senang bisa ikut berpartisipasi di acara ini,” timpal Ridwan.
Bacakan Satu Miliar Salawat Nariyah Ketua PWNU Kalteng, Dr HM Wahyudie F Dirun mengatakan pembacaan satu milliar salawat nariyah tersebut dicetuskan oleh Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU).
Dalam pembacaan satu miliar bacaan salawat nariyah itu dibagi di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan Kalteng mendapat tanggung jawab atau kuota sebesar 8.465.820 bacaan salawat nariyah.
“Lalu dari data jutaan itu dibagi lagi tanggung jawab pengurus wilayah dan pengurus cabang, pengurus wilayah mendapat tanggung jawab sejumlah 66.660 bacaan, alhamdulillah malam ini sudah selesai dibaca di majelis yang besar ini, kita baca sebanyak 5.000 kali,”jelasnya.
Namun sebelumnya sudah ada dibaca oleh beberapa pondok pesantren, sebutnya.“Itu kita minta untuk membacakan, juga oleh mahasiswa ma’had al-jamiah IAIN Palangka Raya, mereka mendapat jatah sekitar 15.000 untuk dibacakan,” terangnya.
Kemudian, untuk PCNU Kabupaten dan Kota di Kalteng mendapat jatah sejumlah 599.940 bacaan sholawat nariyah. Oleh karena itu, PCNU Kota tidak bergabung di sana. Karena mereka juga fokus membaca sholawat nariyah di beberapa tempat.
“Pembacaan salawat nariyah ini ditujukan untuk para masyaikh dan pendiri NU. Karena memang kita ini kan selalu bertawasul kepada para pendiri, para pejuang yang memang berjasa pada NU,”pungkasnya. (ko)