Jelang Nataru, Harga Pangan Terus Melonjak
Mendekati perayaan Natal dan tahun baru, aktivitas perekonomian mulai menggeliat. Mobilitas masyarakat melalui jalur darat, laut, maupun udara disinyalir mengalami puncaknya pada 22 Desember mendatang. Kenaikan harga sejumlah barang dan jasa pun berpotensi besar terjadi, sehingga bisa saja menjadi penyumbang inflasi daerah. Perlu upaya untuk mencegah kenaikan harga yang tak terkendali. Pemerintah mulai memantau pergerakan fluktuasi harga beberapa komoditas mendekati puncak nataru.
Staf Ahli Gubernur Kalteng Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan (Ekbang), Yuas Elko mengatakan, berdasarkan laporan harga harian dari kabupaten/kota se-Kalteng, tren kenaikan komoditas yang terlihat akhir-akhir ini adalah daging sapi dan daging ayam ras.
“Namun daerah yang menjadi sampel inflasi seperti Palangka Raya dan Sampit tidak terlihat ada kenaikan harga komoditas itu, hanya di kabupaten lain seperti Murung Raya, Barito Utara, harga daging mulai naik,” beber Yuas kepada awak media saat diwawancarai usai menghadiri rapat monitoring inflasi mingguan di Ruang Rapat Bajakah, Kantor Gubernur Kalteng, Senin (18/12).
Yuas menjelaskan, berdasarkan hasil rapat tersebut, secara nasional komoditas yang masih menunjukkan tren kenaikan adalah cabai rawit, cabai merah, dan gula pasir. Di Kalteng, harga tiga komoditas itu masih terbilang normal. Yang mengalami kenaikan adalah daging sapi dan daging ayam ras. Cabai yang sempat mengalami kenaikan beberapa waktu lalu, perlahan mulai turun.
“Harga cabai Rp90-95 ribu, memang beberapa waktu lalu harga cabai rawit tembus Rp100 ribu, kayaknya memang terlihat turun, tetapi masih fluktuatif, hari ini turun bisa, besok bisa saja naik lagi, harganya tidak pasti,” tambahnya.
Yuas menyebut, komoditas yang berpotensi mengalami kenaikan adalah gula pasir, bawang merah, bawang putih, beras lokal, daging sapi dan daging ayam, cabai, serta kebutuhan rumah tangga lainnya. Untuk mengatasi itu, pihaknya terus melakukan gelar pangan murah seperti pasar murah dan pasar penyeimbang di sejumlah kabupaten/kota.
“Kemarin kan sudah dilaksanakan di lingkungan Pemprov Kalteng, Pak Gubernur membagikan 3.700 sembako, pemkab juga melaksanakan kegiatan serupa,” tambahnya.
Di sisi lain, tarif transportasi juga berpotensi mengalami lonjakan harga. Yuas menambahkan, Dinas Perhubungan (Dishub) Kalteng akan stand by menjelang nataru untuk memantau perkembangan mobilitas berikut keselamatan barang dan penumpang. “Transportasi udara itu kewenangan pemerintah pusat, mereka yang menetapkan ambang batas bawah dan batas atas terkait harga tiket,” ucapnya.
Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Akhmad Tantowi mengatakan, keadaan naiknya sejumlah barang dan jasa pada momentum nataru merupakan fenomena yang terjadi tiap tahun. Yang terpenting adalah kenaikan harga terjadi secara terkendali alias tidak ugal-ugalan.
“Mengatasi situasi itu, yang terpenting adalah menjamin ketersediaan stok dan distribusi barang tetap lancar,” ucap Tantowi saat dihubungi Kalteng Pos, kemarin.
Kenaikan harga dapat dikatakan terkendali, tergantung dari jenis barang yang dibutuhkan masyarakat. Tidak ada patokan persentase tertentu untuk menilai apakah suatu barang mengalami kenaikan yang wajar atau tidak.
“Kalau harga sih tergantung jenis barangnya, kalau beras naik Rp2000, itu terhitung sudah tinggi, kalau cabai bisa puluhan ribu. Tidak ada patokan berapa persen, yang penting tidak memberatkan masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah,” tambahnya.
Menanggapi harga cabai yang tembus angka ratusan ribu pada beberapa waktu lalu, Tantowi membenarkan bahwa kenaikan yang terjadi sudah di atas wajar. Namun komoditas seperti cabai atau bawang, ketika mengalami kenaikan signifikan, masyarakat bisa mengurangi konsumsi. “Tapi kalau harga beras yang naik seperti itu, bisa-bisa masyarakat kelaparan,” tambahnya.
Tingginya kenaikan suatu barang bisa terjadi karena kondisi barang yang memang langka, permintaan yang tinggi, atau keduanya. Berdasarkan hasil rapat kemarin, komoditas yang menjadi perhatian adalah cabai rawit dan cabai merah. Daging ayam ras pun menunjukkan tren kenaikan.
“Saya tidak tahu berapa persen kenaikannya, tetapi mulai menunjukkan tren naik, apalagi menjelang nataru, mungkin harus selalu dipantau,” ujarnya seraya menambahkan, harga gula pasir dan tepung terigu juga akan menjadi perhatian pihaknya.
“Tarif angkutan udara juga biasanya naik, tapi itu di luar kewenangan pemda. Kalau angkutan darat, tergantung regulasi,” sebutnya. (dan/ce/ala/ko)







