kaltengonline.com – Persaingan pada pemilihan kepala daerah (pilkada) Barito Utara (Batara) dipastikan bakal ketat. Tiga figur kuat yang datang dari latar belakang berbeda, dikabarkan maju untuk bertarung memperebutkan kursi KH 1 Batara periode 2024-2029. Ketiga nama tersebut adalah Ahmad Gunadi, Purman Jaya, dan Shalahuddin.
Ahmad Gunadi merupakan pengusaha muda dan juga politikus dari Partai Demokrat. Ia juga merupakan anak dari H Nadalsyah atau Koyem, Bupati Batara dua periode yang juga Ketua DPD Demokrat Kalteng. Ahmad Gunadi disebut-sebut mempunyai kemampuan meneruskan kepemimpinan sang ayah dalam memajukan Batara.
Berikutnya ada nama Ketua DPC PKB Batara, H Purman Jaya. Politikus yang dikenal dengan nama H Gogo itu memiliki basis massa yang kuat, sehingga terpilih sebagai anggota DPRD Kalteng periode 2019-2024. Pada pemilu tahun ini, Purman Jaya juga berhasil mengantarkan PKB mengamankan lima kursi pada pemilihan legislatif (pileg) di Batara. Modal bagus sebagai perahu maju ke pilkada.
Nama terakhir adalah Shalahuddin yang kini menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUPR) Provinsi Kalteng. Nama Shalahuddin memang sudah lama disebut-sebut akan maju di pilkada Batara. Keberhasilannya memimpin PUPR membuat namanya makin dikenal masyarakat, sehingga didorong untuk ikut bertarung di pilkada pada 27 November mendatang.
Pengamat politik Farid Zaky Yopiannor menyebut pilkada di Batara cukup menarik dibahas. Menurutnya, pengaruh Nadalsyah masuk begitu kuat di daerah tersebut. Sehingga calon bupati yang mendapatkan efek ekor jas dari mantan bupati dua periode itu akan menjadi calon yang kuat.
“Kita tidak bisa memungkiri bahwa efek Koyem (Nadalsyah) masih begitu kuat, sehingga calon bupati yang mendapatkan ekor jas dari sosok tersebut akan menjadi calon kuat, terkecuali lawannya nanti memiliki logistik yang kuat sehingga bisa mengubah peta tersebut,” tutur Farid.
Ia menyebut pengaruh Koyem memiliki efek besar dalam pemenangan pilkada di Batara.
Dari nama-nama yang muncul, Shalahuddin menjadi nama yang menarik dibahas. Tidak heran namanya bermunculan sejak lama. Apalagi ada promosi yang diberikan Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran terhadapnya di beberapa agenda acara, menandakan ia mendapat restu dari orang nomor satu di Kalteng itu.
“Mungkin mendekati masa pensiun makanya terjun ke politik, ditambah lagi kedekatannya dengan Sugianto Sabran, tidak tertutup kemungkinan dia bakal menjadi calon kuat. Namun pertanyaannya, perahu apa yang akan digunakan Shalahuddin nanti,” ucap Farid.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Palangka Raya (UPR) Jhon Retei menyebut, hal terpenting dari pencalonan adalah apakah ada partai yang akan mengusung. Menurutnya, beberapa calon sudah memiliki perahu untuk ditumpangi ketika maju nanti. Misalnya, Ahmad Gunadi dari Demokrat dan Purman Jaya dengan PKB-nya.
“Saya lihat mereka memiliki potensi, tetapi bagaimana dengan perahu yang akan mengusung mereka. Kalau dari Demokrat sudah pasti bisa mengusung sendiri, karena berdasarkan raihan kursi sudah bisa untuk mengusung calon sendiri,” kata Jhon Retei, Minggu (24/3).
“PKB perlu membangun koalisi. Berdasarkan pencermatan, kalau PDIP tidak mengusung calon, maka ada kemungkinan berkoalisi dengan PDIP, atau mereka bisa berkoalisi dengan NasDem, karena PKB selalu berkoalisi dengan partai-partai ideologis,” tambahnya.
Yang perlu diperhatikan, lanjut Jhon, ada Partai Gerinda yang juga berkemungkinan membangun poros. “Namun yang menjadi pertanyaan, siapakah yang akan diusung dan dengan siapa berkoalisi. Bisa juga mereka (Gerindra) berkoalisi dengan PKB,” tambahnya.
Mengenai sosok Shalahuddin, Jhon menyebut bisa jadi partai poros bergabung dan mengusung Kadis PUPR tersebut. Salah satu kekurangan sosok dari dunia birokrat adalah tidak memiliki afiliasi partai.
“Namun Golkar, PDIP, dan Gerindra memiliki ruang untuk bisa mengusung Shalahuddin nanti. Ditambah lagi elektabilitasnya yang tinggi, bisa menjadi daya tarik bagi partai-partai itu untuk mengusungnya,” pungkas Jhon. (irj/ce/ala/ko)