Tugu Soekarno Segera Bercahaya

oleh
oleh
MINIM PENERANGAN: Kawasan Tugu Soekarno tidak memiliki lampu penerangan yang memadai. Kondisi ini berdampak pada minimnya kunjungan warga pada malam hari.

PALANGKA RAYA-Gelapnya kawasan cagar budaya Tugu Soekarno pada malam hari mendapat banyak sorotan. Kurangnya pencahayaan berdampak pada minimnya pengunjung. Kondisi ini mendapat perhatian serius dari Pemprov Kalteng. Kawasan yang menjadi penanda pembangunan Kota Palangka Raya itu segera dipasang lampu penerangan sekaligus penataan beberapa item.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalteng H Shalahuddin mengatakan pihaknya akan menggalakkan perawatan rutin untuk areal sekitar monumen bersejarah tersebut.

Pembinaan rutin itu dilakukan dengan membenahi beberapa bangunan yang sudah rusak.

“Tugu Soekarno ada pembinaan rutin saja, nanti kami adakan pengecatan, kemudian mengganti keramik-keramiknya,” beber Shalahuddin kepada wartawan, Rabu malam (15/3).

Ditanya terkait perbaikan penerangan sekitar areal tugu, Shalahuddin menyebut pihaknya akan segera memperbaiki itu. Meski tidak menyebut secara detail waktu pengerjaan, tapi ia memastikan proyek perbaikan penerangan itu sudah masuk dalam proses lelang proyek.

“Penerangan pasti akan diperbaiki, sebentar lagi akan segera kami perbaiki, proyek ini sedang dilelang,” tandas Shalahuddin.

Seperti diketahui monumen Tugu Soekarno merupakan salah satu ikon Kota Palangka Raya yang syarat sejarah dan makna.

Bangunan ini menjadi penanda mulai dibangunnya Kota Palangka Raya. Sayangnya, tugu yang diresmikan oleh presiden pertama RI pada 66 tahun silam itu terkesan kurang diperhatikan. Bangunan yang telah masuk dalam situs cagar budaya ini minim pencahayaan pada malam hari.

Monumen yang berada di tepian Sungai Kahayaan dan berhadapan langsung dengan gedung DPRD Kalteng ini sejatinya cukup bersih dan terawat. Banyak pepohonan di sekitar menambah kesan sejuk. Muda-mudi sering berkunjung ke kawasan ini untuk menikmati senja hari sembari bersantai dan berswafoto.

Umumnya masyarakat hanya mengunjungi taman ini saat sore hari, karena ketika matahari mulai tenggelam, kawasan taman ini perlahan jadi gelap gulita.

Alhasil, satu per satu pengunjung bergegas meninggalkan kawasan tugu di Jalan S Parman itu.

Baca Juga:  Pastikan Kualitas Pelayanan Perizinan Berjalan Baik, Agustiar Sidak ke DPMPTSP

Perbaikan lampu penerangan menjadi hal yang urgen, karena pemanfaatan lokasi itu tidak digunakan sebagai semestinya cagar budaya. Segelintir orang malah menjadikan lokasi ini sebagai tempat berbuat mesum karena minimnya penerangan dan banyaknya sekat-sekat bangunan.

Masalah tersebut disoroti pemerhati cagar budaya di Bumi Tambun Bungai, Gauri Vidya Dhaneswara. Dikatakannya, monumen bersejarah yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya tersebut sudah selayaknya diperlakukan dengan baik. Hal-hal tak senonoh yang dilakukan di lokasi tersebut memperburuk citra tugu tersebut sebagai monumen cagar budaya.

“Saya dengar lokasi itu malah jadi wadah berbuat hal tidak senonoh, itu parah sekali ya, seharusnya orang-orang yang ke situ berniat melihat cagar budaya, bukan malah melakukan hal-hal tidak senonoh, itu jelas memperburuk citra monumen bersejarah Tugu Soekarno,” tutur Gauri kepada Kalteng Pos, Kamis (9/3).

Gauri menyebut, selain diperlukan lampu penerangan yang memadai, juga diperlukan juru pelihara yang bertugas merawat dan mengawasi penggunaan kawasan Tugu Soekarno.

“Penerangan itu masuk dalam konteks penataan, bagaimana agar monumen itu bisa diperlakukan selayaknya, itu kan monumen kita, namanya monumen harus terlihat, cagar budaya juga harus punya juru pelihara,” tutur pria bergelar sarjana antropologi itu.

Lebih lanjut ia menjelaskan, selain diperlukan lampu penerangan, juga perlu ada petugas penjaga kawasan tugu bersejarah tersebut. “Kalau tempat itu dikelola dengan baik, maksudnya penerangannya bagus dan dijaga petugas, maka praktik-praktik negatif tidak akan ada. Tanpa petugas pengaman pun, kalau lokasi itu punya penerangan baik, hal-hal negatif seperti itu bisa diminimalkan,” ucapnya.

“Tugu Soekarno itu kan ikonik bagi Kalteng secara luas dan Palangka Raya khususnya, itu warisan dari pendahulu kita, jadi perlu diperlakukan sebaiksebaiknya, yang dilakukan di situ semestinya kegiatan-kegiatan positif yang berkaitan dengan sejarah dan pendidikan,” tegasnya. (dan/ce/ala/ko)