Kelotok Dinas Terbalik, Bingung Cari Transportasi Pengganti

by
by
LAKA AIR: Kelotok yang ditumpangi sekelompok guru SDN Danau Tundai terbalik usai menabrak batang kayu yang hanyut di sungai, Selasa (8/11). Tampak situasi di lokasi kecelakaan dari tangkapan layar video.

Kelurahan Danau Tundai merupakan salah satu wilayah di Kota Palangka Raya yang masih terisolasi. Kelotok menjadi satu-satunya alat transportasi bagi warga maupun para abdi negara menuju kelurahan yang masuk Kecamatan Sabangau tersebut. Kecelakaan kelotok sudah menjadi hal biasa kala berangkat maupun pulang kerja.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

kaltengonline.com – Perjalanandari Kota Palangka Raya menuju wilayah Danau Tundai cukup melelahkan. Tidak ada akses darat. Transportasi sungai menjadi akses satu-satunya untuk bisa menjangkau daerah tersebut. Sebagian abdi negara, terutama guru-guru yang berdinas di SDN Danau Tundai, tidak semuanya bermukim di Danau Tundai. Tiap hari mereka harus pergi dan pulang (PP) menggunakan kelotok melalui jalur sungai.

Nahas dialami sekelompok guru SDN Danau Tundai. Selasa (8/11) mereka mengalami kecelakaan. Kelotok dinas yang setia mengantar mereka ke tempat kerja terbalik. Peristiwa itu terjadi ketika Rohmadi bersama lima rekan kerjanya dalam perjalanan pulang ke Kota Palangka Raya. Dari jauh keluh Rohmadi begitu terdengar. Kecelakaan transportasi air yang dialaminya bersama lima rekan kerja begitu menegangkan. Kelotok terbalik menyebabkan seluruh penumpang tercebur ke sungai.

Dituturkan Rohmadi, kelotok terbalik usai menabrak batang kayu yang larut di sungai. Beruntung tak ada korban jiwa atau luka serius. Meski demikian, kelotok mengalami kerusakan cukup parah. Perlu perbaikan yang tak sedikit biayanya. Sementara kelotok itu satu-satunya yang digunakan untuk pergi-pulang ke sekolah tempat mereka mengabdi.

Padahal baru dua tahun kelotok itu digunakan. Dibeli menggunakan dana BOS afirmasi yang dikucurkan pemerintah. Namun kayunya sudah lapuk. Kondisi ini membuat mereka bingung. Mencari ke mana lagi dana untuk membeli kelotok pengganti.

Karena itu mereka mengupayakan agar kelotok itu bisa segera diperbaiki sehingga tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar di SD Negeri Danau Tundai.

“Tadi kami sudah serahkan ke tukang yang biasa membaiki jukung untuk mengganti mengganti papan kelotok yang lapuk itu dengan yang baru, kami minta ganti gimana caranya bisa baik lagi, karena kami sangat memerlukan kelotok itu, kalau besok kemungkinan kami tidak bisa turun, karena kelotok  itu satu-satunya alat transportasi kami,” bebernya kepada Kalteng Pos, Selasa (8/11).

Kelotok rusak merupakan segelintir dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi selama mengajar di wilayah pelosok. Pria yang sudah bertahun-tahun mengajar di daerah pelosok itu menuturkan, selama ini sudah sering mengalami kecelakaan kelotok. Pengalaman seperti itu seakan jadi hal biasa. Namun jika kelotok terbalik dan rusak, maka akan jadi masalah besar. Kelotok yang rusak itu akan jadi hambatan terbesar dalam bertugas, mengingat kelotok merupakan transportasi air satu-satunya untuk berangkat ke sekolah. Proses belajar mengajar otomatis akan terganggu.

Biaya perbaikan kelotok memang menguras cukup besar dana. Baik dari kantong pribadi maupun bersama guru-guru lain dalam satu sekolah. “Kami swadaya saja, karena dari pihak dinas tidak ada dana khusus, bingung kami mencari sumber dana, kalau kelamaan cari dana, bagaimana dengan aktivitas belajar mengajar nanti,” ucapnya.

“Makanya kami upayakan dana swadaya saja,” tambahnya.

Tak hanya soal biaya perbaikan kelotok yang mahal, sumber dana untuk pemeliharaan dan operasional kelotok sehari-hari selama ini pun menggunakan uang pribadi. Itulah yang sangat dikeluhkan oleh Rohmadi dan rekannya sebagai pengajar di wilayah pelosok.

Pada masa wali kota sebelumnya, kata Rohmadi, para pengajar di wilayah pelosok diberi insentif oleh pemerintah. Program itu diwujudkan dengan pemberian uang transportasi bagi para pegawai negeri yang bekerja di jalur sungai, tak terkecuali pegawai bidang pendidikan seperti Rohmadi. Namun program itu menghilang semenjak adanya pandemi.

Sejak itu biaya operasional kelotok sehari-hari mengandalkan uang gaji bulanan para pengajar. Pemeliharaan pun tidak bisa maksimal karena anggaran terbatas. Alhasil, baru berumur dua tahun, kelotok sudah lapuk. Menurut Rohmadi, biaya pemeliharaan kelotok jauh lebih besar dibandingkan biaya pemeliharaan sepeda motor.

“Kalau dulu masih bisa dipertimbangkan uang transpornya sehingga bisa kami pakai untuk membeli bensin kelotok. Kami tidak perlu mengeluarkan gaji kami, gaji kami bisa kami pakai untuk memenuhi keperluan sehari-hari, tapi kalau sekarang tidak bisa lagi. Kami harus pupuan beli bahan bakar kelotok menggunakan uang gaji. Kalau itu (uang transportasi, red) ada mungkin orang masih berpikir tidak apa-apa jauh-jauh toh ada uang transpor, juga uang minyaknya, kalau ini mau berangkat harus keluar uang gaji, iya kalau uang gajinya masih ada, kalau udah habis? Harus ditagih untuk pupuan beli minyak? Nah tidak semangat am,” keluhnya.

Bertolak dari kondisi ini, jika disuruh memilih tempat mengajar, Rohmadi akan memilih mengajar di wilayah kota. “Kenapa? Alasannya satu, yaitu keamanan. Risikonya besar. Harus melalui jalan darat, lalu melalui jalur air. Dua jalur itu cukup berbahaya,” ucapnya.

Rohmadi juga mengeluhkan selama mengajar di wilayah pelosok, pihaknya tidak pernah mendapat dana stimulus dari pemerintah yang bisa jadi penyemangat dalam pengabdian.

“Dalam artian bisa membuat kami semangat, kalau dulu kami dikasih tambahan uang minyak motor dan kelotok, belum lagi biaya perawatan motor dan perawatan kelotok,” keluhnya.

Rohmadi berharap pemangku kebijakan dapat menjalankan kembali program pemberian insentif bagi pegawai negeri yang bertugas di wilayah pelosok. “Kami sangat berharap pemerintah menjalankan lagi program itu,” ucapnya.

Terpisah, Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Palangka Raya Jayani mengatakan, pihaknya akan memberikan bantuan berupa satu kelotok untuk beberapa sekolah yang harus dijangkau melalui jalur sungai, termasuk SD Negeri Danau Tundai. “Akan ada satu untuk mereka nanti,” tuturnya kepada Kalteng Pos via telepon, Selasa (8/11).

Selain itu, pihaknya juga akan memberikan insentif tambahan berupa uang minyak sebesar depalan ratus ribu hingga satu juta per bulan. “Khusus untuk minyak juga ada,” imbuhnya.

Terkait persoalan yang dialami guru-guru SD Negeri Danau Tundai, Jayani mengatakan pihaknya akan menyediakan kelotok baru, paling lambat pertengahan Desember nanti. “Termasuk untuk SD di Danau Tundai, mudah-mudahan paling lambat pertengahan Desember sudah kami salurkan bantuannya menggunakan dana perubahan,” bebernya. (*/ce/ala/ko)

Leave a Reply