PALANGKA RAYA-Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kalteng. Selain melakukan pemadaman melalui jalur darat maupun jalur udara menggunakan helikopter water bombing, teknologi modifikasi cuaca (TMC) juga diterapkan oleh pemerintah untuk meredam karhutla.
Program TMC diserahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada Smart Cakrawala Aviation sebagai pihak yang menjalankan. Tim Smart Cakrawala Aviation telah melakukan 10 penerbangan untuk menerapkan program TMC, dengan melakukan penyemaian garam atau NaCL dan CaCL2 di awan yang dinilai berpotensi menjadi hujan.
Dalam breafing penerbangan yang dipimpin Beatrix Indayani selaku koordinator lapangan TMC Kalteng, dibahas terkait persiapan teknis untuk penyemaian. Pada penerbangan kali ini atau penerbangan ke-11 ditargetkan tiga kali penerbangan. Tiap pesawat membawa CaCl yang telah dilarutkan dalam H2O (air) sebanyak 1.500 liter.
“Dalam satu kali penerbangan, di tiap pesawat terdiri dari satu kapten, kopilot, dan ditemani dua orang dari Smart Cakrawala Aviation, pesawat membawa 1.500 liter air larutan CaCl2,” tutur Beatrix, Minggu (15/10).
Rapat yang diikuti tim dari Smart Cakrawala Aviation, pilot, kopilot, dan petugas BMKG itu membahas soal rencana titik penyemaian. Selama ini fokus penerbangan adalah ke arah selatan dan timur laut Kalteng, dengan ketinggian 8.000-11.000 feet.
“Dilakukan penyemaian karena kawasan tersebut merupakan area gambut, maka dilakukan pembasahan agar tidak terjadinya api,” tegas Beatrix.
Lebih lanjut ia menjelaskan, TMC kali ini melibatkan pesawat dan bahan semai berupa NaCl ataupun CaCl berbentuk super fine powder (bubuk yang berukuran sangat halus). Selain itu, pihaknya juga biasa menggunakan NaCl dan CaCl dalam bentuk larutan.
Program ini telah dilaksanakan sejak tanggal 3 Oktober hingga 18 Oktober 2023. Sudah ada perpanjangan waktu untuk program TMC ini berdasarkan rekomendasi prediksi cuaca dari pihak BMKG.
Ada dua pesawat jenis Cessna Caravan yang digunakan. Sebelumnya telah diisi persediaan larutan CaCl. Pesawat lepas landas dari Bandara Tjilik Riwut dengan mengangkut tim yang bertugas.
Supervisor TMC Kalteng dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bayu Prayoga menjelaskan, TMC merupakan salah satu upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca yang diinginkan.
“TMC bertujuan untuk mempercepat proses hujan agar segera terjadi di daerah yang sedang mengalami kekeringan,” ucapnya.
Bayu menjelaskan TMC merupakan program Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang melibatkan sejumlah stakeholders terkait untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“BPNB menunjuk Smart Cakrawala Aviation untuk menjalankan program TMC dan sudah diterapkan di Kalteng sejak tanggal 3 hingga 18 Oktober 2023,” tegas Bayu.
Pihaknya terus melakukan kajian untuk melakukana TMC. Ada kemungkinan perpanjangan pelaksanaan TMC sembari memantau situasi dan kondisi.
“Alhamdulillah, penyemaian sudah dilakukan sejak tanggal 3 Oktober lalu. Kita sama-sama tahu bagaimana kondisi Kalteng pada bulan September. Syukurlah setelah memasuki pertengahan Oktober, kondisi mulai membaik,” ungkap Bayu.
Dikatakannya, sejauh ini tim telah melakukan penerbangan sebanyak 49.30 jam, dengan membawa 33.000 liter CaCl+H2O. Sebelumnya, Plt Kepala BPBPK Kalteng Ahmad Thoyib menyebut, operasi TMC atau hujan buatan di wilayah Kalteng yang dijadwalkan berakhir 13 Oktober, diperpanjang kembali hingga 18 Oktober 2023. Perpanjangan ini merupakan hasil evaluasi TMC yang mengacu pada beberapa indikator, seperti kondisi karhutla, sebaran hotspot, ISPU, potensi awan hujan, dan beberapa pertimbangan teknis lain.
“Berdasarkan beberapa pertimbangan teknis tersebut, TMC masih diperpanjang. Rencananya sampai tanggal 18 Oktober, sembari terus kami evaluasi. Jadi, pelaksanaan TMC ini bisa saja diperpendek atau diperpanjang lagi,” pungkasnya. (ko)