kaltengonline.com – Bencana banjir masih melanda sebagian besar wilayah Kalteng. Palangka Raya menjadi daerah terparah dengan jumlah pengungsi terbanyak (lihat tabel). Lamanya durasi banjir melanda Bumi Tambun Bungai, membuat banyak warga yang mulai terserang penyakit kulit. Seperti yang terlihat di Posko Banjir Langkai, Selasa (22/11).
Berdasarkan data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng, Palangka Raya menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi terbanyak. Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPB-PK Provinsi Kalteng Falery Tuwan mengatakan, banjir di Kalteng saat ini mengalami penambahan. Selain di Kobar, Palangka Raya, Sukamara, dan Pulang Pisau, kabupaten yang juga mengalami banjir adalah Kapuas. Sebetulnya, ujar Falery, Kabupaten Kapuas telah lama mengalami banjir. Namun laporan yang masuk ke pihaknya terlambat, sehingga baru terdata.
“Penambahannya yakni Kapuas. Di daerah itu ada 5000-an KK yang terdampak. Datanya baru masuk, lambat, padahal sudah beberapa hari yang lalu terjadi banjir, sudah semingguan, tapi datanya baru masuk,” beber Falery kepada Kalteng Pos, Selasa (22/11).
Falery menyebut banjir yang terjadi di Kapuas hampir berbarengan dengan banjir di Palangka Raya. Kedalaman air lebih dari satu meter. Banjir yang terjadi di Kapuas lebih banyak melanda wilayah perdesaan, sementara yang terjadi di Palangka Raya justru pada permukiman padat penduduk. “Jadi itu (Palangka Raya, red) yang bisa kita katakan terparah, karena jumlah kepala keluarga yang terdampak banyak, tinggalnya kan di permukiman,” ucapnya.
Banjir tak hanya menggenangi perumahan warga, tapi juga jalan. Salah satunya jalan di wilayah Tumbang Nusa. Falery mengaku saat ini belum ada laporan terbaru terkait kondisi banjir di daerah tersebut. Namun berdasarkan pantauan pihaknya kemarin, genangan air berada pada ketinggian sekitar 10-20 cm. “Kita masih menunggu laporan dari kawan-kawan di lapangan, banjir di Tumbang Nusa masih bisa dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat, tapi harus pelan dan hati-hati,” bebernya
Potensi banjir ke depan masih mungkin mengalami penambahan. Berkaca dari kondisi saat ini, lanjut Falery, yang mana Kapuas dan Palangka Raya mengalami banjir kedua kalinya dalam tahun ini, mungkin saja daerah lain juga akan mengalami banjir lagi.
“Infonya wilayah Gunung Mas masih mengalami curah hujan yang cukup tinggi, kami antisipasi dengan mengingatkan masyarakat untuk melakukan persiapan menghadapi banjir susulan,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan kepada warga yang tinggal di bantaran sungai agar tetap waspada dan selalu mengikuti informasi dan pemberitahuan dari pemerintah.
Terkait upaya penanganan saat ini, kata Falery, pihaknya terus melakukan pemantauan lapangan bersama para relawan. Dalam upaya penanganan banjir ini, pihaknya sangat membutuhkan perahu, karena yang ada saat ini terbatas jumlahnya.
“Untuk Palangka Raya, kebutuhan perahu sedang tinggi saat ini. Kami sudah drop semua ke titik-titik lokasi banjir, seperti daerah Kahayan bawah, Mendawai, Flamboyan, dan Danau Rangas,” jelasnya.
Menyangkut penyelamatan terhadap warga terdampak banjir, Falery mengatakan, dalam hal penyelamatan dan evakuasi, yang diprioritaskan adalah anak-anak, lansia, dan wanita.
“Tiga itu yang kami prioritaskan. Namun sejauh ini proses evakuasi cukup lancar, karena tidak secara massal, karena sebagian besar warga masih bertahan di rumah masing-masing,” ujarnya.
Dikatakan Falery, warga yang enggan mengungsi pada umumnya beralasan tidak ingin meninggalkan rumah karena mempertimbangkan keamanan dan keselamtan barang-barang rumah tangga.
Mengenai upaya penanganan darurat yang dilakukan pihaknya sudah dievaluasi. Pihaknya sangat membutuhkan kelengkapan peralatan evakuasi seperti perahu karet, dolphin, serta perlengkapan untuk dapur umum.
“Kami buat evaluasi, tahun ini saja masih kurang sekali peralatan pendukung seperti perahu karet, perahu dolphin, dan perlengkapan untuk dapur umum, padahal sudah lama ingin kami lengkapi,” bebernya.
Untuk penanganan jangka panjang, kata Falery, berdasarkan hasil rapat dengar pendapat bersama Komisi III DPRD provinsi beberapa waktu hari, ada opsi untuk melakukan relokasi permukiman warga yang sering dilanda banjir.
“Kami carikan lokasi yang betul-betul aman, apabila lokasi langganan banjir tiap tahun dan bahkan cenderung membahayakan warga, itu yang sedang kami kaji, perlu dukungan masyarakat setempat agar mau pindah,” tuturnya.
Perihal relokasi itu masih dalam proses pengkajian sembari mencari lokasi yang dinilai tepat sebagai lokasi relokasi, dengan melibatkan dinas-dinas terkait. Namun rencana relokasi itu masih dalam bentuk wacana, karena disinyalir masih banyak warga yang tidka setuju.
Sementara itu, terhadap beberapa kecamatan yang terendam banjir akibat luapan air Sungai Kapuas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas akan menetapkan peningkatan status dari siaga banjir menjadi tanggap darurat banjir (bencana hidrometeorologi). Hal itu diungkapkan Pelaksana Harian BPBD Kapuas Panahatan Sinaga.
Dikatakannya, berdasarkan kondisi yang saat ini, sebagaimana laporan dari beberapa pemerintahan desa yang ditindaklanjuti oleh pemerintah kecamatan, banjir masih merendam beberapa desa.
“Kami sudah laporkan ke bupati dan memerintahkan kepada seluruh camat untuk segera melaporkan dan memvalidasi data warga terdampak banjir,” ucap Sinaga.
Ia menegaskan bahwa per Rabu (23/11) laporan sudah harus diterima pihaknya, mengingat aktivitas masyarakat di beberapa desa lumpuh total karena terendam banjir. “Kami sudah ajukan drafnya untuk ditingkatkan menjadi tanggap darurat,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Desa Mangkutup Surianto mengatakan, banjir di wilayahnya sudah terjadi sejak sembilan hari lalu atau Senin 14 November, dengan ketinggian air hampir mencapai punggung orang dewasa. Sejauh ini belum terlihat tanda-tanda banjir akan surut.
“Aktivitas di desa lumpuh total, rumah-rumah terendam, banyak warga yang mengungsi ke tempat yang lebih aman,” sebutnya.
Surianto menambahkan, ada 119 KK atau 402 jiwa yang terdampak banjir kali ini. Kurang lebih 70 unit rumah warga, 3 sekolah, dan 3 rumah ibadah yang terendam.
“Bantuan dari beberapa pihak sudah diterima, tapi kondisi justru makin parah, jadi kami berharap secepatnya ada bantuan seperti obat-obatan untuk antisipasi penyakit maupun bahan makanan serta keperluan bayi dan wanita, terlebih pakaian hangat,” tuturnya.
Karena banjir bertahan cukup lama, stok bahan makanan di desa pun mulai menipis. Kapal dagang yang biasa mampir di pelabuhan desa, tidak bisa bertambat karena banjir.
Sementara itu, jumlah pengungsi di Palangka Raya terus bertambah tiap hari. Walaupun pada Selasa (22/11) tidak turun hujan, tapi debit air hanya turun sekitar 5 cm. Dari data yang terkumpul dari titik lokasi pengungsian di KNPI, Pelatuk, Langkai, ada sedikit peningkatan jumlah pengungsi tiap hari. Data terbaru dari Posko Induk Anoi, ada penambahan lokasi pengungsian di Kelurahan Kameloh.
Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani mengatakan, di empat lokasi pengungsian itu, tiap harinya selalu ada penambahan pengungsi. Bahkan posko yang dibangun di Kelurahan Kameloh sudah ada warga yang menempati. Petugas gabungan terus mengupdate data warga yang terdampak dan yang mengungsi ke posko pengungsian yang disediakan.
“Untuk tenda pengungsian di KNPI, ada 82 jiwa dari 27 KK, di Pelatuk ada 59 jiwa dari 21 KK, di Posko Langkai ada 102 jiwa dari 46 KK, sementara di Kelurahan Kameloh mulai ada warga yang mengungsi, data yang masuk ke BPBD ada 30 jiwa yang mengungsi. Dari semua data itu, kemungkinan bisa bertambah, karena penurunan debit air hanya 5 cm saja,” ucap Emi.
Sementara itu, Ketua Pos 1 Bencana Banjir BPBD Kota Palangka Raya Heru Trimono mengucapkan terima kasih kepada warga yang memberikan bantuan kepada para pengungsi, dalam bentuk sembako maupun bahan makanan. Tiap hari petugas menerima bantuan dari perorangan, organisasi, dan lainya.
“Kami ucapkan terima kasih kepada para penyumbang yang sudah peduli dengan warga korban banjir, setidaknya tiap hari kami terima bantuan, semua bantuan yang masuk itu akan diserahkan ke posko-posko yang menampung warga yang mengungsi. Dapur umum juga rutin memberikan makanan kepada warga terdampak,” ungkap Heru.
Lurah Langkai Sri Wanti mengatakan, posko bencana yang dibangun di kantor PDAM sudah ditempati 30 lebih jiwa yang mengungsi. “30-an lebih mengungsi di sini, tapi warga yang terdampak itu ratusan, tiap hari kami memasak 2 kali, tiap kali kami masak sekitar 400 porsi,” beber Sri.
Dikatakannya, ada dua warga dari posko itu yang dirujuk ke rumah sakit lantaran perlu perawatan intensif. Sebagian besar mengeluh mengalami diare dan gatal-gatal.
Siti Nurhaliza, salah satu anggota relawan di Aula KNPI menyebut, tiap hari jumlah warga yang mengungsi terus bertambah. Saat ini tercatat ada 82 jiwa yang mengungsi, didominasi orang dewasa.
“Makin hari makin bertambah, terhitung enam harian ini, dapur umum baru beroperasi besok, karena tendanya saja baru didirikan,” tuturnya. (dan/irj/alh/ce/ala/ko)