Menilik Potensi NasDem Kalteng di Pemilu 2024

oleh
oleh

PALANGKA RAYA– Ada beberapa politikus Kalteng yang berlabuh ke Partai NasDem menjelang Pemilu 2024 Baru-baru ini ada dua tokoh PDIP yang pindah ke partai yang dipimpin Sutya Paloh itu, yakni Asdi Narang dan Andina T Narang.

Padahal sebelumnya juga terlihat kedekatan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) NasDem Kalteng Faridawaty Darland Atjeh dengan mantan Wali Kota Palangka Raya Riban Satia saat kunjungan ke pasar tradisional di Tewah, Kabupaten Gunung Mas untuk memantau ketersediaan stok bahan pokok.

Ada juga yang telah disampaikan melalui media sosial anggota DPD RI dapil Kalteng H Muhammad Rakhman bahwa ia dirinya maju pada pemilihan DPR RI dari Partai NasDem. Tentu ini menjadi amunisi untuk Partai NasDem Kalteng karena mulai bergabung tokoh dan politikus.

Tentu ini tidak terlepas dari peran ketua DPW NasDem Kalteng Faridawaty Darland Atjeh yang terus membesarkan partai itu. Bahkan ia menganggap bahwa NasDem Kalteng bagaikan rumah proklamasi zaman, yang menjadi tempat para tokoh yang merindukan perubahan.

“NasDem seperti rumah proklamasi zaman dulu, tempat berkumpul para tokoh yang merindukan perubahan terbaik untuk Kalimantan Tengah, ibu memberikan tempat seluas-luasnya bagi anak bangsa, siapa pun dia, apapun suku dan apapun agamanya,” ucap Faridawaty kepada awak media.

Dia juga menyampaikan, apabila tidak nyaman dengan rumah yang lama, maka Nas- Dem siap memberikan rumah baru yang nyaman untuk para politikus yang ingin bergabung.

Bahkan ia juga sudah menargetkan sepuluh kursi DPRD Provinsi dan dua kursi DPR RI pada pemilu mendatang. Hal ini sudah disiapkannya sejak jauh-jauh hari.

Melihat kondisi NasDem Kalteng kali ini, maka perlu diperhitungkan NasDem di Bumi Tambun Bungai ke depan.

Dengan kekuatan yang terus disiapkan oleh ketua DPW, maka perlu melihat bagaimana potensi partai tersebut nantinya.

Menurut pengamatan politik, Jhon Retei, bahwa NasDem memiliki peluang yang besar.

Karena hal tersebut merupakan salah satu strategi. Karena melihat figur yang ada memiliki basis masa tersendiri.

Namun Jhon Retei menjelaskan, persoalannya yang perlu diperhatikan bahwa pemilihan legislatif ini berbarengan dengan pemilihan presiden.

Yang mana figur yang diusung tentu memiliki pengaruh terhadap partai dalam mendulang suara. Hal ini sama terjadi seperti tahun 2019. Tetapi tidak semua wilayah atau partai yang berbanding lurus dengan hal tersebut.

“Saat inikan NasDem telah mengusung capres yang dimana poros tersebut berbeda dengan poros besar saat ini atau poros dari pemerintahan yang ada, terutama poros partai besar. Pertanyaan, apakah efek ekor jas yang ada di NasDem akan mendulang suara lebih banyak dari pemilihan presiden terhadap pemilihan legislatifnya,” tegas Jhon Retei.

Hal itu menurutnya, tergantung bagaimana konfigurasi dan pengelolaan oleh partai dalam memaksimalkan itu untuk mendulang suara. Dan itu perlu dilakukan dengan pengkajian lebih lanjut melalui survei. Maka dari itu, saat ini ia belum bisa dipastikan apakah hal tersebut bisa berdampak positif nantinya.

Bahkan bisa dilihat bagaimana format pemilihan presiden dengan menyajikan beberapa pasang calon.

Jhon Retei sebagai Wakil Dekan I di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Palang Raya (UPR) ini menjelaskan, apabila terjadi seperti tahun 2019 dengan dua pasang calon. Karena saat ini, NasDem telah mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.

“Dimana pada waktu itu, NasDem banyak mendulang suara dari wilayah timur, yang notabene para pemilih bukan dari kalangan muslim saja, banyak juga dari non-muslim, maka figur yang dicalonkan NasDem pada legislatif bisa mengubah persepsi masyarakat nantinya,” tegas Jhon Retei.

Sebab diketahui bagaimana posisi capres yang dicalonkan NasDem merupakan bagian dari terjadinya pada Pilkada Jakarta 2017 yang lalu. Maka dari itu, apabila NasDem bisa melihat kondisi bagaimana suara yang ada di Kalteng seperti apa. Untuk NasDem Kalteng perlu membentuk persepsi simpatisan yang ada untuk tidak menyangkut antara pilpres dan figur yang tersedia.

“Maka hal tersebut yang semestinya yang dilakukan agar bisa menarik suara secara rasionalistis bagaimana selera pemilih di Kalteng, karena konstruksi pilpres berbeda dengan figur legislatif,” tegasnya.

Menurut Jhon Retei, hal itu perlu kerja keras NasDem.

Dengan figur yang dikenal dan akan mendokrak suara nantinya. Figur tersebut bisa mengkonter bagaimana pandangan masyarakat terhadap pilpres, sehingga bisa memilih secara bijaksana.

Sebab apabila kondisi yang ada akan menjadi sulit apabila tidak dikondisikan. Karena perlu dilihat bagaimana kontruksi pemilih di Kalteng.

“Tapi saya kira langkah yang diambil sangat bagus untuk menarik suara dengan melibatkan beberapa pihak, karena figur yang ada memiliki masa, dan masa pemilu saat ini sudah lebih singkat dan itu saya rasa strategi yang tepat,” tegasnya. (irj/ens/ko)