“Saya mengimbau kepada semua masyarakat agar kiranya dapat berjaga-jaga dan kehatian-hatian, dimana perubahan cuaca bisa saja terjadi dengan cepat tanpa kita ketahui”
Hj Mery Rukaini Ketua DPRD Barito Utara
MUARA TEWEH – Memasuki musim kemarau yang diprediksi mulai Mei ini ditambah suhu mencapai 34 derajat celcius membuat cuaca di Kabupaten Barito Utara terasa sangat panas. Untuk itu, seluruh warga setempat diminta agar mengurangi aktivitas di luar rumah, khususnya pada siang hari.
Hal itu bertujuan untuk melindungi diri dari pengaruh suhu panas yang sedang melanda sebagian belahan bumi saat ini.
Hal tersebut juga mendapat perhatian serius Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Barito Utara Hj Mery Rukaini. Ketua dewan itu mengingatkan kepada masyarakat yang berladang agar berhati-hati saat akan membakar sisa kayu atau daun di kebunnya.
Menurut pantauan Stasiun Badan Meteorologi Krimatologi dan Geofi sikan (BMKG), kondisi cuaca saat ini juga terbilang tidak menentu. “Saya mengimbau kepada semua masyarakat agar kiranya dapat berjaga-jaga dan kehatian-hatian, dimana perubahan cuaca bisa saja terjadi dengan cepat tanpa kita ketahui,” tegasnya.
“Saya juga menyampaikan kepada masyarakat agar kiranya dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan pada jam tertentu seperti surat edaran (SE) yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah untuk terhindar dari pancaran sinar matahari yang menyengat. Namun jika memang harus keluar rumah diharap memakai baju yang dirasa nyaman atau jaket guna menghindari pancaran matahari langsung,” kata Mery Rukaini.
Seperti diketahui, di beberapa wilayah atau daerah mengalami kondisi panas yang sangat ekstrem, juga hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang dan kilat yang sangat berbahaya bagi yang sedang melakukan aktivitas di luar ruangan.
Bagi masyarakat di wilayah Barito Utara yang melihat terjadi kebakaran lahan dan lainnya agar dapat menghubungi pihak berwajib atau yang menangani seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Barito Utara maupun kesiagaan bencana yang sudah dibentuk di masingmasing desa setempat, agar dapat meminimalisir hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang bisa berdampak pada kabut asap. (noy*/ens/ko)