Kaltengonline.com – Untuk memperjelas duduk perkara tragedi dugaan pemukulan yang dilakukan oleh Panglima Pajaji kepada seorang operator SPBU di Km 12 Palangka Raya, sejumlah tokoh masyarakat dan ormas adat Dayak se-Kalteng melakukan Rapat di Aula Betang Hapakat, Jumat (19/1).
Dalam kesempatan itu, Andri selaku korban tragedi pemukulan menceritakan kronologi kejadian. Ia mengatakan, pada Sabtu 13 Januari 2024, di SPBU Jalan Tjilik Riwut Km 12, datang rombongan mobil yang ditumpangi Panglima Pajaji untuk mengisi bahan bakar. Ia tidak mengenal siapa yang dimaksud Panglima Pajaji tersebut. Ia dan kedua rekannya itu pun bercanda terkait dengan kedatangan rombongan itu, tanpa mengetahui bahwa mereka merupakan rombongan Panglima Pajaji.
Ia menjelaskan, keributan terjadi dipicu oleh adanya salah paham antara dirinya dengan Panglima Pajaji. Andri mengaku tidak sengaja mengucapkan kata-kata yang dianggap menyinggung Panglima Pajaji saat sedang bercanda dengan rekan kerjanya. Andri mengaku bahwa dirinya tidak mengenali orang yang berada di dalam mobil tersebut sebagai Panglima Pajaji.
Selang 20 menit kemudian, rombongan Panglima Pajaji kembali ke SPBU dan langsung menyerangnya. Mereka menuduh Andri menghina Panglima Pajaji dan memintanya untuk meminta maaf. Andri berusaha menjelaskan bahwa itu hanyalah candaan. Situasi menjadi ricuh, hingga pemilik SPBU harus turun tangan untuk melerai dan mendamaikan kedua belah pihak.
“Alhamdulillah, akhirnya kami bisa berdamai secara kekeluargaan. Saya dan Panglima Pajaji saling memaafkan. Saya tidak ada niat untuk menghina beliau. Saya minta maaf atas kesalahan saya,” pungkasnya.