
Ni Wayan Sepmita
Bahaya kandungan zat kimia pada buah impor menimbulkan kekhawatiran konsumen kareda dampaknya yang tidak main-main terhadap kesehatan. Namun, bukan berarti semua buah impor berbahaya. Ada buah impor yang tetap aman dikonsumsi karena proses pengemasannya dilakukan dengan benar.
Buah impor yang memiliki senyawa berbahaya sebenarnya tidak mendapatkan izin untuk masuk ke Indonesia. Namun, terkadang ada saja cara agar buah tersebut akhirnya lolos dari pengawasan. Jika sudah begini, maka sebagai konsumen harus lebih berhati-hati memilih buah yang sehat.
Namun, dalam proses impor sendiri sebenarnya ada regulasinya. Termasuk proses pengemasan buah agar awet sampai di Indonesia. Ketentuan penggunaan bahan kimia untuk mengawetkan buah juga telah ada aturannya.
Sayangnya, ada saja yang memanipulasi proses pengemasan demi membuat kondisi buah awet lebih lama. Contohnya menambahkan formalin, penggunaan pestisida berbahaya, dan melapisi kulit dengan lilin sintetis.
Ciri-ciri Buah Impor Mengandung Zat Kimia Berbahaya
Agar tahu bahaya kandungan zat kimia pada buah impor, konsumen bisa melihat dari ciri fisik buahnya. Berbeda dengan buah lokal, buah impor memang memiliki proses pengemasan khusus agar awet dan tidak busuk di jalan.
Apalagi perjalanan dari satu negara ke Indonesia memakan waktu yang lama. Namun, jika menemukan buah dengan ciri-ciri berikut ini, maka sebaiknya waspadai.
- Permukaan Kulit Mengkilap
Permukaan kulit yang mengkilap sering menjadi indikator bahwa buah tersebut masih segar. Namun, buah yang tetap mengkilap dalam jangka waktu lama patut diwaspadai. Karena normalnya buah akan mengalami pembusukan jika disimpan dalam waktu lama.
Buah yang tetap kinclong bahkan setelah berminggu-minggu dapat terindikasi oleh proses pengawetan yang tidak baik. Salah satunya adalah penggunaan formalin. Padahal formalin adalah senyawa kimia yang tidak seharusnya digunakan untuk makanan.
- Perhatikan Kondisi Tangkai
Jika membeli buah yang masih memiliki tangkai, maka ini juga bisa menjadi perhatian khusus. Perhatikan kondisi tangkai buah apakah masih segar atau sudah busuk. Jika tangkai buah masih segar, maka buah tersebut tandanya aman untuk dikonsumsi.
Namun, jika tangkai telah membusuk sementara kondisi buah masih terlihat segar. Bisa jadi adanya proses pengawetan yang tidak lazim yang menghambat pembusukan. Sama halnya seperti di atas, salah satunya dapat terindikasi penggunaan formalin.
- Aroma Zat Kimia Tajam
Buah memang memiliki ciri khas aroma masing-masing. Namun, jika menemukan buah yang aromanya tak lazim dan tidak tercium alami, seperti zat kimia. Maka bisa jadi terdapat penggunaan bahan kimia berbahaya.
Tujuannya tentu saja untuk membuat buah tetap segar. Padahal bisa jadi kondisi di dalamnya sudah membusuk. Lebih buruk lagi, buah yang diawetkan memperbesar peluang adanya bakteri tidak baik yang berbahaya untuk tubuh manusia.
- Lapisan Lilin Tidak Alami
Bahaya kandungan zat kimia pada buah impor selanjutnya adalah lapisan lilin sintetis pada buah. Pernahkah kamu melihat permukaan buah yang tampak ada bercak-bercak seperti bedak? Hal ini bisa jadi berasal dari zat alami buah. Namun ada juga lapisan lilin sintetis yang bertujuan untuk memperlama proses pembusukan.
Salah satu buah yang menghasilkan zat lilin alami adalah anggur. Lilin alami aman untuk dikonsumsi asalkan dicuci dengan bersih lebih dulu. Sementara untuk lilin sintetis penggunaannya harus sesuai dengan standar yang ditentukan.
Penggunaan yang berlebihan dapat membuat lilin tidak larus saat dicuci. Bahkan lapisan lilin tersebut bisa dikikis yang artinya penggunaannya cukup banyak. Mengkonsumsi lilin sintetis memiliki efek bagi kesehatan baik jangka panjang atau pendek.
Bahaya Kandungan Zat Kimia Pada Buah Impor
Sebenarnya hal wajar jika menggunakan tambahan zat kimia agar buah awet. Selama zat kimia tersebut tidak berbahaya, maka bisa dihilangkan dengan mencuci bersih buah. Sayangnya, ada zat yang berbahaya dan tidak hilang walaupun dicuci, berikut ini diantaranya.
- Kandungan Formalin
Formalin merupakan senyawa kimia dengan nama CH2OH, sifatnya reaktif dan mudah mengikat air. Sifat yang reaktif dan mengikat tersebut yang membuat buah menjadi awet. Pasalnya, formalin akan mengikat protein ataupun unsur yang ada di dalam buah sehingga tidak ada bakteri yang bisa hidup.
Jika bakteri tidak bisa hidup, artinya tidak akan terjadi proses pembusukan pada buah. Sekilas tampak menguntungkan, namun bayangkan jika formalin tersebut dimakan dan masuk ke tubuh.
Maka yang terjadi adalah zat reaktifnya akan mengikat protein dalam tubuh manusia sehingga membuat protein di dalam pencernaan ikut mati. Padahal protein memiliki peran penting untuk sistem pencernaan karena dapat membantu pembusukan.
Oleh karena itu penggunaan formalin pada makanan sangat dilarang. Terlebih zat kimia ini lebih lumrah digunakan untuk mengawetkan mayat. Jika terkonsumsi oleh makhluk hidup maka bisa menjadi pemicu sel kanker dan penyakit lainnya.
- Kandungan Pestisida
Bahaya kandungan zat kimia pada buah impor juga dapat muncul karena penggunaan pestisida yang tidak tepat. Pestisida dalah zat kimia yang digunakan untuk membunuh hama tumbuhan.
Terkadang pestisida yang disemprot pada tanaman tidak jarang mengenai buah. Buah yang mengandung pestisida berbahaya untuk tubuh karena merupakan racun.
Namun, selama penggunaan pestisida dalam batas yang normal. Maka buah yang dikembangkan dengan penggunaan pestisida bisa hilang dengan cara mencucinya sebelum dimakan.
- Bakteri Listeria
Bakteria listeria juga banyak ditemukan pada buah impor. Bakteri ini memiliki efek yang buruk untuk kesehatan, terutama menyerang sistem saraf. Bakteria listeria sendiri berasal dari proses penanaman yang tidak tepat.
Bakteri ini dapat berasal dari kotoran hewan atau pupuk yang digunakan untuk membudidayakan buah impor. Di Indonesia sendiri, penemuan buah impor yang mengandung bakteri listeria sudah beberapa kali terjadi.
Nah, itulah bahaya kandungan zat kimia pada buah impor yang dapat menjadi referensi agar lebih berhati-hati. Pastikan untuk membeli buah dan sayur yang kandungannya terjamin dan bebas dari zat kimia sintetis.